Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Pasar saham Asia menguat pada perdagangan Senin (30/6), didorong oleh kabar kemajuan dalam perundingan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Kanada yang memperkuat sentimen risiko
Sementara dolar AS melemah karena pasar semakin yakin terhadap prospek pemangkasan suku bunga oleh The Fed.
Kanada pada Minggu (29/6) mengumumkan pencabutan pajak layanan digitalnya sebagai langkah untuk memperlancar negosiasi dagang, setelah mendapat tekanan dari Presiden AS Donald Trump.
Baca Juga: Kanada Batalkan Pajak Layanan Digital Demi Melancarkan Perundingan Dagang dengan AS
Negosiasi tersebut ditargetkan rampung sebelum 21 Juli, memperpanjang tenggat semula yang ditetapkan Trump pada 9 Juli.
Para pejabat juga menyebut sebagian besar kesepakatan bisa tercapai sebelum libur Hari Buruh AS pada 1 September.
Investor juga mencermati perkembangan rancangan undang-undang pemotongan pajak dan belanja besar-besaran yang tengah digodok di Senat AS. RUU ini diperkirakan akan menambah utang pemerintah sebesar US$3,3 triliun dalam satu dekade, memicu kekhawatiran terhadap daya tarik obligasi AS di mata investor asing.
Sementara itu, sektor teknologi AS tetap menjadi primadona. Saham-saham raksasa seperti Nvidia, Alphabet, dan Amazon menopang penguatan Nasdaq futures sebesar 0,4% dan S&P 500 e-mini naik 0,3%.
Futures indeks Euro Stoxx 50 tercatat naik 0,2%, DAX Jerman menguat 0,3%, sedangkan FTSE Inggris relatif datar.
Sentimen positif turut mendorong Nikkei Jepang naik 1,6%, indeks saham Korea Selatan menguat 0,8%, meski MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun tipis 0,2%.
Saham blue-chip China naik 0,2%, didukung oleh data yang menunjukkan perbaikan di sektor manufaktur dan jasa pada Juni.
Baca Juga: Trump Hentikan Perundingan Dagang dengan Kanada, Ancam Berlakukan Tarif Baru
Pasar Tunggu Data Tenaga Kerja AS
Karena libur Hari Kemerdekaan AS jatuh pada Jumat, data ketenagakerjaan (payrolls) akan dirilis lebih awal pada Kamis.
Konsensus pasar memperkirakan tambahan 110.000 lapangan kerja pada Juni dan tingkat pengangguran naik menjadi 4,3%—level tertinggi dalam hampir setahun.
Ketahanan pasar tenaga kerja menjadi alasan utama mengapa sebagian besar pejabat The Fed masih enggan buru-buru memangkas suku bunga.
Namun, jika laporan payrolls melemah, spekulasi pemangkasan suku bunga pada Juli bisa meningkat tajam.
"Jika data tenaga kerja lemah, kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Juli akan melonjak dari posisi saat ini yang hanya 18%, dan total pemangkasan tahun ini bisa melebihi 63 bps," kata Michael Feroli, Kepala Ekonom AS di JPMorgan.
Baca Juga: Harga Emas Rebound, Didukung Pelemahan Dolar AS
Dolar AS Melemah
Ketua The Fed Jerome Powell dijadwalkan berbicara dalam forum European Central Bank di Sintra pada Selasa, yang berpotensi memberikan petunjuk lebih lanjut mengenai arah kebijakan moneter.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun stabil di level 3,28% setelah turun 9 basis poin pekan lalu.
Namun dolar AS terus tertekan, seiring kekhawatiran bahwa kebijakan perdagangan Trump dan risiko defisit anggaran akan menekan pertumbuhan ekonomi AS.
Euro bertahan dekat puncaknya sejak September 2021 di US$1,1727, sementara poundsterling menguat ke US$1,3722.
Yen Jepang menguat 0,3% ke level 144,14 per dolar, dan dolar Kanada naik tipis ke 1,3665 terhadap dolar AS menyusul kabar negosiasi dagang.
James Reilly dari Capital Economics mencatat bahwa performa dolar AS tahun ini merupakan yang terburuk sejak sistem nilai tukar mengambang diberlakukan pada 1973.
"Jika tekanan ini berlanjut, dolar bisa turun lagi sekitar 5% dalam waktu dekat," katanya.
Harga Komoditas
Di pasar komoditas, meningkatnya selera risiko menekan harga emas, yang bertahan di sekitar US$3.279 per ons, menjauh dari rekor tertinggi April lalu di US$3.500.
Harga minyak masih tertekan oleh prospek kenaikan produksi OPEC+, menyusul penurunan 12% pekan lalu.
Minyak Brent turun 27 sen ke US$67,50 per barel, sementara WTI AS melemah 43 sen ke US$65,09 per barel.