kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.444.000   1.000   0,07%
  • USD/IDR 15.359   86,00   0,56%
  • IDX 7.828   16,13   0,21%
  • KOMPAS100 1.190   6,15   0,52%
  • LQ45 964   4,44   0,46%
  • ISSI 228   1,03   0,45%
  • IDX30 491   2,47   0,50%
  • IDXHIDIV20 592   1,37   0,23%
  • IDX80 135   0,71   0,53%
  • IDXV30 139   0,08   0,06%
  • IDXQ30 164   0,66   0,40%

Cadangan Yuan di Bank-Bank Rusia Semakin Mengering, Ini Penyebab Utamanya


Senin, 09 September 2024 / 09:34 WIB
Cadangan Yuan di Bank-Bank Rusia Semakin Mengering, Ini Penyebab Utamanya
ILUSTRASI. Bank-bank Rusia praktis telah kehabisan simpanan yuan mereka. REUTERS/Thomas White


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Bank-bank Rusia praktis telah kehabisan simpanan yuan mereka. Sebagian besar penyebabnya adalah karena perusahaan-perusahaan keuangan China takut berbisnis dengan negara tersebut.

Mengutip Business Insider, bank-bank lokal telah mendesak bank sentral Rusia untuk mengatasi kekurangan likuiditas yuan di negara tersebut.

Seorang sumber Reuters mengatakan bahwa akses ke mata uang China tersebut hampir habis.

Data Reuters menunjukkan, posisi rubel Rusia melemah hampir 5% terhadap yuan pada awal minggu ini. Pelemahan tersebut terjadi tak lama setelah kementerian keuangan Rusia menyarankan Bank Sentral Rusia akan mengurangi penjualan yuan hariannya di mana para bankir sentral hanya menjual US$ 200 juta sehari, turun dari US$ 7,3 miliar yang dijual setiap hari pada bulan lalu.

Sberbank, pemberi pinjaman besar milik negara di Rusia, mengatakan kepada Reuters bahwa mereka tidak dapat lagi meminjamkan pijaman dalam mata uang yuan karena "tidak memiliki apa pun untuk menutupi" perdagangan tersebut.

VTB, pemberi pinjaman terbesar kedua di Rusia, mengatakan pihaknya mendesak bank sentral untuk mengatasi kekurangan likuiditas yuan melalui penurunan mata uang, dan menambahkan bahwa eksportir ke negara tersebut harus menjual yuan ke Rusia juga.

Bank-bank China tampak ragu-ragu untuk memperdagangkan mata uang di Rusia setelah AS mengancam akan mengenakan sanksi sekunder pada negara-negara yang berbisnis dengan Rusia saat Rusia terus melancarkan perang terhadap Ukraina.

Baca Juga: Donald Trump Ancam Berlakukan Tarif 100% pada Negara-Negara yang Tinggalkan Dolar AS

Perselisihan pembayaran antara perusahaan-perusahaan Rusia dan bank-bank China telah meningkat dalam beberapa minggu terakhir, di mana hampir semua bank China menghentikan transaksi dengan Rusia. 

Menurut laporan media Rusia, beberapa bank bahkan telah mengembalikan pembayaran untuk barang-barang yang telah dikirim ke Rusia, karena takut menjadi sasaran sanksi.

Sementara itu, bisnis-bisnis Rusia telah kehilangan miliaran dolar dalam beberapa bulan terakhir, terutama karena masalah pembayaran di bank-bank asing, menurut data dari bank sentral Rusia.

Kesulitan pembayaran menjadi masalah bagi ekonomi Rusia, yang semakin terisolasi dari pasar global. Akibatnya, ekonomi negara itu semakin bergantung pada yuan China.

Baca Juga: Malaysia Tak akan Menghentikan Eksplorasi Laut Cina Selatan Meski Diprotes China

Bank sentral Rusia mengatakan yuan telah menjadi mata uang pertukaran utamanya tahun ini, yang mencakup lebih dari setengah dari semua perdagangan mata uang di negara tersebut.

Selanjutnya: Tutup Celah Penghindaran Pajak di Lima Negara

Menarik Dibaca: Harga Emas Antam Melorot Rp 7.000 Hari Ini 9 September


Tag


TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×