kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

CEO Narasimhan: Likuiditas kuat, Covid-19 membuat target akuisisi lebih sulit


Senin, 24 Agustus 2020 / 16:27 WIB
CEO Narasimhan: Likuiditas kuat, Covid-19 membuat target akuisisi lebih sulit
ILUSTRASI. FILE PHOTO: The company's logo is seen at the new cell and gene therapy factory of Swiss drugmaker Novartis in Stein, Switzerland, November 28, 2019. REUTERS/Arnd Wiegmann/File Photo


Sumber: Reuters | Editor: Titis Nurdiana

KONTAN.CO.ID -ZURICH.  Produsen obat Swiss Novartis AG mengaku punya kekuatan finansial cukup untuk  melakukan akuisisi, bahkan dengan utang bersih mencapai US$ 26 miliar.

Hanya, kata Kepala Eksekutif Vas Narasimhan dalam sebuah wawancara, Senin (24/8), pandemi COVID-19 mempersulit perusahaan ini untuk menilai calon perusahaan yang akan diakuisisi. 

"Kami memiliki arus kas bebas yang besar, ini memungkinkan kami untukuntuk membiayai dividen, tapi  kami tetapi juga sanggup untuk mengarahkan modal untuk tujuan lain," ujar Narasimhan kepada surat kabar Swiss Neue Zuercher Zeitung. Hanya saja, kata Narasimhan, rencana akuisisi melambat terhadang proyeksi struktural yang terjadi selama pandem.

Narasimhan, warga Amerika Serikat ini selama dua tahun lalu menjadi chief executive officer Novartis mengakui kekecewaannya karena obat-obatan Novartis yang belum terbukti berguna melawan Covid-19. Maka, Novartis seperti juga perusahaan lainnya memutuskan untuk  menghentikan uji coba obat malaria lama hydroxychloroquine setelah gagal membantu pasien dalam penelitian ilmiah.

Novartis berharap lebih cepat mampu mengembangkan obat baru untuk melawan Covid-19 sehingga berpotensi mendapat keuntungan dari lebih banyak. Makanya, Novartis memperbanyak kerjasama dengan perusahaan bioteknologi yang lebih kecil untuk mengembangkan obat Covid-19. "Kami juga lebih berkonsentrasi pada kegiatan in-house kami sendiri - dan belajar pelajaran darinya," katanya.

Banyak obat yang dipasok Novartis untuk pasien yang terserang Covid-19 berasal dari unit generik Sandoz. Untuk saat ini, Narasimhan mengatakan, Novartis tidak tertarik untuk menjual Sandoz, melainkan terus bekerja untuk meningkatkan penjualan dan margin keuntungannya yang tertekan oleh tekanan harga AS.
"Kami yakin saat ini bahwa kami dapat melakukan yang terbaik dengan Sandoz di dalam kelompok Novartis," katanya kepada surat kabar tersebut.

Harga saham Novartis telah turun 15% tahun ini, dibandingkan dengan kenaikan 2% saham Roche Holding AG.

Di luar penyelesaian hukum baru-baru ini dalam kasus korupsi yang mencapai US$ 1 miliar, Narasimhan percaya masalah keamanan yang muncul dengan obat baru Beovu telah membuat Novartis kehilangan 10% dari nilai perusahaan ini. "Dan, ini tantangan No. 1 adalah peluncuran Beovu," katanya.




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×