Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Regulator perbankan di China tengah mempertimbangkan untuk membentuk pengelola kredit bermasalah skala regional yang baru untuk membantu membersihkan risiko kredit setelah kegagalan ribuan platform peer to peer (P2P) lending di negara itu.
Sumber Bloomberg yang punya pengetahuan tentang masalah itu menyebut perusahaan-perusahaan di Shanghai, Zhejiang, dan Shenzhen telah mengajukan aplikasi pembentukan manajer aset lokal yang berurusan dengan kredit macet, terutama yang berasal dari platform pinjaman online.
Baca Juga: Makin ganas, virus corona sudah menewaskan 12 orang di Iran
"Namun, Komisi Pengaturan Perbankan dan Asuransi China atau The China Banking and Insurance Regulatory Commission (CBIRC) belum menyetujui aplikasi itu," kata sumber kepada Bloomberg, Senin (24/2).
Upaya China membenahi sektor P2P terganggu oleh penipuan dan default sehingga menyebabkan kegagalan lebih dari 2.000 platform online. Dengan banyaknya model penipuan berkedok fintech P2P lending, pemerintah Xi Jinping menginspeksi bisnis pinjaman online di Cina secara langsung. Salah satunya mengerahkan perbankan untuk secara ketat memeriksa pemberi pinjaman atau investor ke industri fintech P2P lending.
Pada puncaknya, perusahaan P2P memiliki hampir 50 juta investor dan US$ 150 miliar hutang. Pembuat kebijakan China saat ini telah menambahkan dorongan untuk membersihkan kredit bermasalah karena wabah virus korona mengancam untuk lebih menekan pertumbuhan ekonomi.
Baca Juga: WHO tidak tetapkan wabah virus corona sebagai pandemi, ini alasannya
Sumber Bloomberg itu menyebut, rencana pembentukan pengelola NPL baru itu muncul ketika empat manajer utang buruk terbesar negara itu menolak untuk memberikan pinjaman kepada para pemberi pinjaman online.