Penulis: Arif Budianto
KONTAN.CO.ID - China ciptakan fasilitas penelitian Bulan buatan, untuk apa? Fasilitas Bulan buatan ini diketahui untuk melakukan simulasi lingkungan gravitasi rendah menggunakan magnet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mendorong umat manusia untuk bereksperimen dan menciptakan sesuatu yang mungkin tidak terpikirkan sebelumnya. Begitu pula dengan negeri tirai bambu yang baru-baru ini dikabarkan bereksperimen dengan menciptakan fasilitas Bulan buatan.
China sendiri sebelumnya telah menciptakan teknologi Matahari buatan lewat reaktor fusi nuklir bernama The EAST (Experimental Advanced Superconducting Tokamak). Kabarnya, reaktor fusi nuklir ini memiliki suhu lima kali lebih panas dari Matahari aslinya, dikutip dari Livescience.
Seoalah belum puas dengan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi, China kembali membuat tiruan dari Bulan. Ya, kali ini negeri panda ini diketahui telah membangun fasilitas penelitian Bulan buatan.
Mengutip dari Space, Ilmuwan China telah membangun fasilitas penelitian Bulan buatan untuk melakukan simulasi lingkungan gravitasi rendah menggunakan magnet.
Baca Juga: Fase Bulan Purnama Terjadi 17-18 Januari 2022, Ini Waktu yang Tepat Untuk Melihatnya
Fasilitas tersebut kabarnya akan diluncurkan secara resmi tahun 2022 ini juga. Bak melayang di Bulan yang asli, teknologi Bulan buatan yang diciptakan China ini akan menggunakan medan magnet yang kuat di dalam ruang vakum berdiameter 2 kaki (60 cm) untuk membuat gravitasi "menghilang".
Bukan tanpa dasar, para ilmuwan China diketahui terinspirasi dari percobaan sebelumnya yang menggunakan magnet untuk membuat katak melayang.
Seorang insinyur geoteknik dari Universitas Pertambangan dan Teknologi China yakni Li Ruilin mengatakan kepada media setempat, South China Morning Post bahwa ruangan itu, yang akan diisi dengan batu dan debu untuk meniru permukaan bulan.
Dia juga menambahkan bahwa itu merupakan pertama dari jenisnya di dunia dan itu bisa mempertahankan kondisi gravitasi rendah seperti itu selama yang diinginkan.
Para ilmuwan di China berencana untuk menggunakan fasilitas Bulan buatan tersebut untuk menguji teknologi di lingkungan gravitasi rendah sebelum menuju ke Bulan. Sebagai tambahan informasi, gravitasi di Bulan hanya seperenam dari kekuatan gravitasi di Bumi.
Dengan demikian, para peniliti maupun astronot yang akan berangkat ke Bulan dapat mengatasi masalah teknis yang mahal, serta menguji apakah struktur tertentu akan bertahan di permukaan Bulan. Tidak hanya itu saja, mereka juga diketahui dapat menilai apakah Bulan layak untuk ditinggali.
"Beberapa eksperimen, seperti uji impak, hanya perlu beberapa detik (di simulator)," ujar Li.
"Tetapi yang lain, seperti pengujain creep dapat memakan waktu beberapa hari." Tambahnya.
Pengujian creep ini akan mengupur seberapa banyak material akan berubah bentuk di bawah suhu dan tekanan konstan seolah di Bulan.
Baca Juga: NASA Ajak Pantau Asteroid yang Berada di Dekat Bumi Lewat Situs Ini, Yuk Cek Sekarang
Bagaimana cara kerja Bulan buatan?
Menurut para peneliti, inspirasi untuk ruangan tersebut berasal dari Andre Geim, seorang fisikawan di University of Machester yang memenangkan hadiah Nobel pada tahun 2000. Ilmuwan tersebut berhasil merancang eksperimen yang membuat katak melayang atau mengapung dengan magnet.
Trik levitasi atau melayang yang digunakan oleh Geim dan sekarang di ruang Bulan buatan ini berasal dari efek yang disebut levitasi diamagnetik.
Atom terdiri dari inti atom dan elektron kecil yang mengorbitnya dalam putaran kecil arus. Arus yang bergerak ini, pada gilirannya menginduksi medan magnet kecil.
Biasanya, medan magnet yang diorientasikan secara acak dari semua atom dalam suatu objek, apakah itu setetes air atau katak, saling meniadakan dan tidak ada magnetisme di seluruh material yang muncul.
Hasil simulasi lewat Bulan buatan China ini akan digunakan untuk program eksplorasi Bulan China yang bernama Chang'e. Menariknya, Chang'e merupakan nama Dewi Bulan di China.
Inisiatif ini termasuk dalam Chang'e 4 yang akan mendaratkan rover di sisi jauh bulan pada 2019, dan Chang'e 5 yang mengambil sampel batuan dari permukaan bulan pada 2020.
China juga telah menyatakan akan kembali melakukan penelitian ke Bulan di stasiun penelitian di kutub selatan Bulan pad tahun 2029 mendatang.