Sumber: Reuters | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Jumlah kepemilikan surat utang Amerika Serikat (AS) yang digenggam China dan Jepang sebagai kreditur terbesar Amerika Serikat (AS) turun per November 2017.
Langkah itu untuk mendukung kebijakan bank sentral negara tersebut yang mencoba menurunkan exposure dollar AS terhadap cadangan devisa mereka.
Laporan Kementerian Keuangan AS yang dirilis Rabu (17/1) menyebutkan, kepemilikan China terhadap obligasi AS turun jadi US$ 1,17 triliun di November 2017. Ini menjadi yang terendah dalam empat bulan sebelumnya. Pada Oktober, kepemilikan China pada obligasi AS sebesar US$ 1,18 triliun.
Sementara Jepang sebagai negara kedua terbesar yang memegang obligasi AS setelah China, mengurangi kepemilikan obligasi AS selama tiga bulan berturut-turut menjadi US$ 1,08 triliun di November 2017. Ini menjadi level terendah sejak Juni 2013.
Adarsh Sinha dan Yang Chen, Analis Bank of America Merrill Lynch berpendapat, diversifikasi cadangan devisa dalam dollar AS telah menjadi berita belakangan ini di tengah kinerja dollar AS dan surat utang AS yang menurun belakangan ini.
International Monetary Fund (IMF) bulan lalu melaporkan porsi dollar AS di cadangan devisa mata uang global menyusut pada kuartal III-2017 menjadi 63,5%. Jumlah tersebut menjadi yang terkecil sejak pertengahan 2014.
Sementara bank sentra asing mengurangi kepemilikan obligasi pemerintah AS, investor swasta asing menunjukkan minat yang stabil pada saham AS dan obligasi korporasi AS. Pembelian saham secara neto di bursa AS dari luar negeri mencapai US$ 12,67 miliar pada November 2017. Jumlah tersebut sedikit lebih tinggi dari Oktober 2017 yang sebesar US$ 12,31 miliar.
Total pembelian obligasi korporasi secara netto di bursa AS tumbuh menjadi US$ 28,7 miliar. Jumlah tersebut paling tinggi setidaknya sejak Januari 2014.