kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.351.000   3.000   0,13%
  • USD/IDR 16.747   21,00   0,13%
  • IDX 8.417   46,45   0,55%
  • KOMPAS100 1.166   6,42   0,55%
  • LQ45 850   5,80   0,69%
  • ISSI 294   1,08   0,37%
  • IDX30 445   1,55   0,35%
  • IDXHIDIV20 514   5,58   1,10%
  • IDX80 131   0,59   0,45%
  • IDXV30 137   0,45   0,33%
  • IDXQ30 142   1,41   1,00%

China dan Jerman Sepakat Perbaiki Hubungan Dagang di Tengah Ketegangan Global


Senin, 17 November 2025 / 18:49 WIB
China dan Jerman Sepakat Perbaiki Hubungan Dagang di Tengah Ketegangan Global
ILUSTRASI. Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan Menteri Keuangan Jerman Lars Klingbeil menegaskan perlunya memperkuat hubungan komersial serta mengakhiri berbulan-bulan ketegangan perdagangan


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Wakil Perdana Menteri China He Lifeng dan Menteri Keuangan Jerman Lars Klingbeil menegaskan perlunya memperkuat hubungan komersial serta mengakhiri berbulan-bulan ketegangan perdagangan antara dua ekonomi terbesar kedua dan ketiga di dunia.

Kunjungan Klingbeil merupakan perjalanan pertama seorang menteri dari pemerintahan Kanselir Friedrich Merz, lebih dari enam bulan sejak koalisi konservatif itu dilantik.

Kunjungan ini juga berlangsung setelah perjalanan Menteri Luar Negeri Johann Wadephul dibatalkan bulan lalu akibat Beijing hanya menyetujui satu dari banyak pertemuan yang diajukan.

Ketegangan Dagang Memukul Perusahaan Jerman

Hubungan kedua negara belakangan memburuk menyusul pembatasan ekspor China terhadap chip dan rare earth, yang menyebabkan gangguan besar bagi perusahaan-perusahaan Jerman.

Baca Juga: Ketegangan Jepang–China Meningkat, Risiko Ekonomi Mulai Terasa di Pasar

“Kita harus memanfaatkan potensi yang belum digarap dan memperluas kerja sama China–Jerman, serta memperkuat penyelarasan strategi pembangunan kedua negara,” ujar He Lifeng.

Ia juga menekankan bahwa China berkomitmen menciptakan lingkungan bisnis yang adil, setara, dan non-diskriminatif bagi perusahaan Jerman.

Klingbeil tiba di Beijing kurang dari seminggu setelah parlemen Jerman menunjuk komisi ahli baru untuk meninjau ulang kebijakan perdagangan terhadap China.

Ketergantungan Ekonomi Tetap Tinggi

Meski hubungan politik penuh friksi—mulai dari dukungan China terhadap Rusia, ketegangan di Indo-Pasifik, hingga kritik Jerman atas catatan HAM dan subsidi industri Beijing—kedua negara tetap terkait erat oleh hubungan ekonomi besar yang saling menguntungkan.

Ketergantungan ini semakin penting seiring tarif dagang Presiden AS Donald Trump menekan pasar global.

“Jerman dan China bersama-sama dapat menemukan jawaban atas tantangan zaman ini,” ujar Klingbeil, sambil menyerukan Beijing untuk berperan membantu mengakhiri perang di Ukraina.

Hubungan Dagang Bernilai Puluhan Miliar Dolar

Data resmi China menunjukkan bahwa negara itu membeli US$95 miliar barang Jerman tahun lalu, sekitar 12% di antaranya merupakan mobil. China juga menjadi salah satu dari 10 mitra dagang terbesar bagi ekonomi Jerman senilai US$19 triliun.

Sebaliknya, Jerman membeli US$107 miliar barang China, sebagian besar berupa chip dan komponen elektronik.

Dari sisi investasi, Jerman menjadi mitra yang menonjol di China. Pada 2024, investor Jerman menanamkan modal US$6,6 miliar, atau 45% dari seluruh FDI dari Uni Eropa dan Inggris, menurut Mercator Institute for China Studies.

Baca Juga: Situasi Memanas, Jepang Kirim Utusan Khusus ke China untuk Redakan Ketegangan

China juga merupakan pasar otomotif yang hampir tidak tergantikan bagi Jerman, menyumbang hampir sepertiga dari total penjualan produsen mobil Jerman. Perusahaan kimia dan farmasi Jerman pun memiliki kehadiran kuat di China, meski kini menghadapi persaingan ketat dari pemain domestik.

Ketergantungan Ekonomi di Tengah Hubungan Politik yang Renggang

Kedua negara yang sama-sama berorientasi ekspor mengalami dampak besar dari tarif Trump. Kondisi ini mendorong China menyalip AS sebagai mitra dagang terbesar Jerman dalam delapan bulan pertama tahun ini.

Namun, interdependensi ekonomi ini kontras dengan hubungan politik yang semakin rapuh.

Menteri Luar Negeri Jerman belakangan mengambil sikap lebih keras terhadap Beijing, bahkan melampaui pendahulunya Annalena Baerbock—yang pernah menyebut Presiden Xi Jinping sebagai “seorang diktator.”

Kanselir Merz juga dijadwalkan melakukan kunjungan ke China dalam waktu dekat.

Selanjutnya: Tekanan Jual Tinggi, Bitcoin Melanjutkan Tren Koreksi

Menarik Dibaca: Panorama Jalur Jakarta-Bandung jadi Daya Tarik, Pelanggan KA Parahyangan Naik 41,75%




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Pre-IPO : Explained

[X]
×