Sumber: South China Morning Post,Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan, Beijing dan Moskow akan bekerjasama dalam perang informasi. Langkah ini dilakukan di tengah pertarungan ideologis antara China dengan Amerika Serikat yang semakin meningkat.
South China Morning Post memberitakan, dalam kritik terselubung terhadap AS, Hua Chunying, yang juga menjabat sebagai direktur departemen pers kementerian, dan rekannya dari Rusia Maria Zakharova mengatakan negara-negara tertentu telah menyebarkan disinformasi karena bias ideologis dan kebutuhan politik.
"Mereka telah mendistorsi sejarah, menyerang sistem sosial negara lain dan jalur pembangunan, mempolitisasi pandemi, menempelkan label pada virus dan membatasi dan menindas media asing karena melakukan pekerjaan mereka", kata kementerian luar negeri China dalam sebuah pernyataan di akhir pekan seperti yang dilansir South China Morning Post.
Baca Juga: Perbedaan ideologi AS dan China kian tajam, Beijing merapat ke Moskow
Pernyataan yang dibuat pada hari Jumat tersebut, muncul ketika konfrontasi antara China dan AS terus berkobar di berbagai bidang. Mulai dari penanganan awal Beijing terhadap penyebaran virus corona, hingga pengenalan hukum keamanan nasional di Hong Kong.
Bahkan, dalam langkah yang belum pernah terjadi sejak dimulainya hubungan diplomatik resmi pada 1979, Beijing memerintahkan AS untuk menutup konsulatnya di Chengdu pada Jumat sebagai balasan atas keputusan Washington untuk menutup konsulatnya di Houston di mana pejabat AS menuduh konsulat Houston digunakan sebagai "pusat penelitian" pencurian oleh militer Tiongkok di AS.
Baca Juga: Laut China Selatan tegang, Vietnam bangun 6 kapal patroli Penjaga Pantai
Melansir Reuters, suasana tegang bahkan tampak pada Senin pagi, di mana para pejabat China mengambil alih gedung konsulat Chengdu setelah staf diplomatik AS meninggalkan gedung tersebut. Konsulat Chengdu merupakan satu dari lima kantor konsulat di China daratan.
Langkah ini menimbulkan kecemasan bahwa ketegangan antara dua negara dengan perekonomian terbesar dunia tersebut mungkin terlalu dalam untuk diperbaiki.
Selama konferensi video pada hari Jumat, Hua dan Zakharova mengatakan negara-negara lain harus bergabung dengan upaya mereka untuk "menolak disinformasi".
"Negara-negara seharusnya tidak mengadopsi standar ganda, mencampuri urusan dalam negeri orang lain atau tuduhan tanpa dasar yang sama pada sistem politik negara lain, jalur pembangunan dan pemerintahan negara berdasarkan ideologi dan prasangka politik," kata mereka.