Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pemerintah China mendesak Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi untuk menarik pernyataannya terkait Taiwan yang dinilai “sangat keterlaluan”.
Beijing memperingatkan Tokyo agar “siap menanggung segala konsekuensinya” jika tidak segera mengoreksi sikap tersebut.
Pernyataan Takaichi yang disampaikan di parlemen Jepang pekan lalu memicu ketegangan diplomatik baru antara dua negara.
Ia menyebut bahwa serangan China terhadap Taiwan dapat dianggap sebagai “situasi yang mengancam kelangsungan hidup” Jepang dan berpotensi memicu respons militer Tokyo.
Baca Juga: PM Jepang Shigeru Ishiba Mundur, Ini Alasannya
Jurubicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, dalam konferensi pers di Beijing, Kamis (13/11/2025), mengatakan bahwa Takaichi menolak menarik ucapannya meski China telah menyampaikan protes keras.
Lin mendesak Jepang segera memperbaiki tindakannya agar tidak memperburuk hubungan bilateral.
Ketegangan terus meningkat setelah pernyataan tersebut memicu reaksi keras di media pemerintah China. Penyiar nasional CCTV dalam editorialnya menyebut komentar Takaichi “sangat jahat dan berdampak negatif besar” serta menuduhnya “melewati batas”.
Sebuah akun media sosial terkait CCTV bahkan mengejek Takaichi dengan bahasa kasar dan menyindir namanya sebagai “pembuat onar”.
Baca Juga: Jejak Karier Ishiba: PM Jepang yang Mengundurkan Diri 7 September 2025
Sementara itu di Jepang, muncul seruan untuk mengusir Konsul Jenderal China di Osaka, Xue Jian, yang menanggapi pernyataan Takaichi dengan komentar provokatif di media sosial.
Xue menulis bahwa “kepala kotor yang ikut campur harus dipenggal”, sebelum unggahan itu kemudian dihapus. Pemerintah China menyebut postingan tersebut dilakukan atas kapasitas pribadi.
Beberapa politisi Jepang, termasuk Kepala Kebijakan Partai Demokrat Liberal Takayuki Kobayashi dan anggota oposisi Kenta Izumi, mendesak pemerintah untuk mengusir Xue jika Beijing tidak segera meredakan ketegangan.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Taiwan Lin Chia-lung turut menanggapi bahwa komentar diplomat China tersebut bisa memicu sentimen anti-Jepang di kalangan warga China.
Ia memperingatkan agar insiden ini tidak dianggap sepele karena berpotensi memperburuk situasi regional.
Baca Juga: Takaichi Menuju Kursi PM Jepang: Nikkei Cetak Rekor, Obligasi Bergolak Senin (20/10)
Beijing mengklaim Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya dan tidak menutup kemungkinan penggunaan kekuatan untuk mengambil alih pulau tersebut, yang berjarak hanya sekitar 110 kilometer dari wilayah Jepang.
Tokyo selama ini cenderung berhati-hati membahas isu Taiwan secara terbuka, sejalan dengan strategi “ambiguitas” yang juga diterapkan sekutu utamanya, Amerika Serikat.
Meskipun Takaichi kemudian menyatakan tidak akan mengulangi pernyataan serupa, gelombang kritik dari China menunjukkan bahwa polemik diplomatik antara Beijing dan Tokyo belum akan mereda dalam waktu dekat.













