Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. China diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pinjaman acuan (Loan Prime Rate/LPR) untuk bulan keempat berturut-turut pada Senin mendatang.
Hal ini terungkap dalam survei Reuters terhadap 20 analis dan pelaku pasar, di mana seluruh responden memproyeksikan LPR tenor satu tahun tetap di 3,00% dan LPR tenor lima tahun bertahan di 3,5%.
LPR ditentukan setiap bulan berdasarkan usulan 20 bank komersial kepada People’s Bank of China (PBOC) dan menjadi acuan bagi sebagian besar pinjaman baru maupun eksisting di Tiongkok.
Baca Juga: Trump dan Xi Jinping Bahas Kesepakatan TikTok di Tengah Tegangan Dagang AS–China
Latar Belakang: PBOC Ikuti Langkah The Fed
PBOC sebelumnya menahan suku bunga reverse repo tujuh hari pada Kamis lalu, setelah Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat memangkas suku bunganya. Instrumen reverse repo tersebut kini berfungsi sebagai suku bunga kebijakan utama PBOC.
Seorang trader dari sebuah perusahaan sekuritas mengatakan, “LPR tidak akan disesuaikan karena setiap perubahan seharusnya mengikuti pergerakan suku bunga kebijakan.”
Ekonomi Lesu, Stimulus Masih Terbatas
Data terbaru menunjukkan momentum ekonomi China mulai melemah, terutama pada periode Juli–Agustus. Namun, otoritas tampaknya masih berhati-hati meluncurkan stimulus besar-besaran, mengingat ekspor masih cukup kuat dan pasar saham domestik mengalami reli.
Baca Juga: Citra Singapura sebagai Surga Aman Bagi Orang Kaya China Mulai Memudar
Para analis Barclays menilai, “Meskipun perlambatan aktivitas meningkatkan urgensi stimulus, kami tetap berhati-hati terhadap skala langkah fiskal baru.” Mereka menambahkan, peluang stimulus tambahan bisa lebih kecil jika gencatan dagang AS–China terus bertahan.
Prospek Pertumbuhan Ekonomi 2025
Sebagian ekonom tetap memperkirakan pelonggaran moneter terbatas akan dilakukan menjelang akhir tahun untuk memastikan target pertumbuhan tahunan sekitar 5% dapat tercapai.
Larry Hu, Kepala Ekonom China di Macquarie, menyatakan, “Dua bulan data yang buruk dari Juli dan Agustus seharusnya cukup untuk mendorong pembuat kebijakan mengambil langkah stabilisasi.”
Meski begitu, ia menekankan bahwa langkah stimulus tidak akan berskala besar. “Pemerintah tidak ingin gagal mencapai target pertumbuhan, tetapi juga tidak ingin pertumbuhan terlalu jauh melampaui 5%. Kami memperkirakan akan ada pemangkasan suku bunga sebesar 10 basis poin sebelum akhir tahun,” tambahnya.