CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.527.000   14.000   0,93%
  • USD/IDR 15.675   65,00   0,41%
  • IDX 7.287   43,33   0,60%
  • KOMPAS100 1.121   3,73   0,33%
  • LQ45 884   -2,86   -0,32%
  • ISSI 222   1,85   0,84%
  • IDX30 455   -2,30   -0,50%
  • IDXHIDIV20 549   -4,66   -0,84%
  • IDX80 128   0,06   0,05%
  • IDXV30 138   -1,30   -0,94%
  • IDXQ30 152   -0,90   -0,59%

China jadi negara dengan pembangkit tenaga angin terbesar tahun 2020


Jumat, 19 Maret 2021 / 14:00 WIB
China jadi negara dengan pembangkit tenaga angin terbesar tahun 2020
ILUSTRASI. Orang-orang beraktivitas menggunakan masker di kota Beijing, China, Senin, 11 Januari 2021.


Sumber: Xinhua | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China berhasil menjadi negara yang paling banyak memanfaatkan sumber energi tenaga angin di tahun 2020 lalu. Bukan cuma itu, China juga memecahkan rekor pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) baru sepanjang tahun lalu.

Menurut data dari Dewan Energi Angin Global (GWEC) yang berbasis di Belgia, China memecahkan rekor dunia untuk kapasitas PLTB baru pada 2020 total 52 gigawatt (GW). Angka itu bahkan dua kali lipat lebih besar dari yang China bangun di 2019.

Dalam laporan yang GWEC rilis, seperti dikutip Financial Times, Kamis (18/3), China berhasil mengalahkan bukan hanya negara, tapi juga banyak kawasan di seluruh dunia.

"Pertumbuhan tenaga angin yang luar biasa dan cepat di wilayah ini dipimpin oleh China, yang sekarang memiliki lebih banyak kapasitas tenaga angin dari gabungan Eropa, Afrika, Timur Tengah, dan Amerika Latin," ungkap Feng Zhao, Head of Strategy and Market Intelligence GWEC.

GWEC memperkirakan, pembangunan PLTB di China tahun lalu yang besar didorong oleh penerapan feed-in-tariff.

Baca Juga: WHO beri China hak veto atas ilmuwan yang selidiki asal-usul virus corona

Tidak hanya itu, pantauan GWEC juga menunjukkan, pangsa pasar pengguna tenaga angin di China naik, hingga 73% dari perkiraan awal.

Pemimpin China di GWEC Liang Wanliang mengatakan, kebijakan top-down yang mensyaratkan integrasi tenaga angin dan matahari ke dalam jaringan listrik bisa mendorong transisi yang lebih besar ke energi baru terbarukan di masa mendatang.

Financial Times melaporkan, pertemuan Komite Sentral Urusan Keuangan dan Ekonomi China pada Senin (15/3) menyatakan, saat ini China membutuhkan jenis sistem kelistrikan baru yang memanfaatkan sumber energi baru terbarukan.

China juga telah menargetkan netralitas karbon sebelum 2060. Jika melihat niat tersebut, pemanfaatan energi baru terbarukan bisa dipastikan akan semakin marak di China.

Hasil positif juga telah disampaikan Biro Statistik Nasional China tahun 2020, di mana pangsa konsumsi energi bersih di China telah meningkat dari 19,1% pada 2016 menjadi 24,3% di 2020.

Selanjutnya: China semakin menekan, Taiwan bangun armada kapal selam serang dengan dukungan AS


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×