Reporter: Asnil Bambani Amri, Xinhua | Editor: Asnil Amri
BEIJING. Pemerintah China mengerahkan 30.000 orang untuk menjaga kota di tepi Sungai Yangtze yang diterjang banjir terparah sejak sembilan tahun terakhir. Puluhan ribu orang tersebut bertugas mengawasi tanggul yang bisa jebol dan mengakibatkan air masuk ke kawasan kota Jingzhou, provinsi Hubei.
Pihak berwenang menyatakan, sepanjang 620 km dari tepi sungai di sepanjang Yangtze berisiko diterjang banjir, terutama daerah aliran anak-anak sungai di kota. "Prioritasnya adalah memantau adanya tanggul yang jebol. Semua departemen pemerintah terkait membuat rencana darurat dan tetap waspada," jelas pernyataan resmi pemerintah kota tersebut.
Kota Jingzhou memiliki penduduk 6,45 juta orang. Kota ini terletak di hilir waduk terbesar dari proyek PLTA . Operator bendungan tersebut memprediksi, arus puncak banjir terbesar sejak berdirinya di waduk sejak 2003 akan melewati kota Jingzhou pada jam 8 Selasa malam.
Air yang sudah masuk ke area bendungan sudah mencapai 71.200 meter kubik per detik - lebih kuat dari banjir yang terjadi tahun 1954 dan 1998 yang menghancurkan Yangtze. Namun saat itu, bendungan berhasil mengurangi debit air menjadi 43.000 meter kubik per detik.
Perlu diketahui, waduk tersebut dibangun untuk menjinakkan banjir Yantze. Bendungan tersebut mampu menyimpan sebanyak 22 miliar meter kubik air. Banjir yang melanda kawasan ini tahun 1954 berakibat menewaskan 33.000 orang dan menewaskan 1.562 orang pada banjir yang terjadi tahun 1998.