Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro
SHANGHAI. Regulator pasar modal China berniat melonggarkan aturan initial public offering (IPO). China perlu mereformasi aturan pasar modal karena tak ada satu pun perusahaan yang melantai di bursa saham selama setahun terakhir.
sebanyak 50 perusahaan tengah merampungkan izin IPO atau siap mencatatkan saham perdana pada akhir Januari 2014. Hal itu disampaikan otoritas pasar modal China atau China Securities Regulatory Commission (CSRC) melalui situs resminya, Jumat (29/11).
Ada lebih dari 760 perusahaan masuk dalam daftar antrean IPO. Ini membutuhkan waktu setahun untuk menyelesaikan audit setiap permohonan IPO.
China merupakan pasar IPO terbesar di dunia pada tahun 2010, sekaligus memecahkan rekor dengan menghimpun dana senilai US$ 71 miliar. Namun, sejak Oktober 2012, tak ada satu pun korporasi meraih izin untuk pencatatan saham perdana di bursa China, setelah CSRC membongkar praktik penipuan dan penyimpangan yang dilakukan sejumlah perusahaan dan penasihat keuangan terkait pelaksanaan IPO.
Pada bulan lalu, para pemimpin Partai Komunis China berjanji mengubah sistem IPO sebagai bagian dari paket reformasi ekonomi. Langkah ini menandakan ekspansi besar untuk kebebasan ekonomi Tiongkok, setidaknya sejak tahun 1990-an. "Ini positif untuk perkembangan pasar dalam jangka panjang. Tentunya perusahaan maupun investor saham memiliki banyak pilihan di bawah kebijakan baru," ujar He Zongyan, analis Shenyin & Wanguo Securities Co, seperti dikutip Bloomberg, Sabtu (30/11).
Menurut Zongyan, pelonggaran kebijakan IPO bisa menambah tekanan di pasar saham. "Sebanyak 50 IPO baru dalam beberapa bulan ke depan mungkin menguras modal dan meningkatkan koreksi di beberapa saham," kata dia.
Xiao Gang, mantan pejabat bank sentral dan mantan Chairman Bank of China Ltd, menyatakan pelonggaran sistem IPO harus dilakukan bertahap untuk menghindari guncangan di pasar. Pada tahun ini, indeks Shanghai (SHCOMP) menyusut 2,1% dan Indeks CSI300 merosot 3,3%. Ini adalah kinerja terburuk diantara 20 indeks saham utama di kawasan Asia Pasifik.
Dalam pernyataan terpisah, CSRC akan menyusun aturan yang memungkinkan perusahaan menjual saham preferen (preferred stock). Penggunaan saham preferen akan membantu reformasi perusahaan, menyediakan pendanaan fleksibel bagi perusahaan dan mendorong pengembangan pasar modal yang stabil.