kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.912   12,00   0,08%
  • IDX 7.199   58,54   0,82%
  • KOMPAS100 1.106   11,37   1,04%
  • LQ45 878   11,64   1,34%
  • ISSI 221   1,06   0,48%
  • IDX30 449   6,23   1,41%
  • IDXHIDIV20 540   5,82   1,09%
  • IDX80 127   1,42   1,13%
  • IDXV30 134   0,44   0,33%
  • IDXQ30 149   1,71   1,16%

China Percepat Pengembangan Kekuatan Produktif Baru, Apa Maksudnya?


Kamis, 28 Maret 2024 / 06:37 WIB
China Percepat Pengembangan Kekuatan Produktif Baru, Apa Maksudnya?
ILUSTRASI. China akan mempercepat pengembangan kekuatan produktif baru, serta meningkatkan stabilitas dan keamanan bagi perekonomian global.


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. China akan mempercepat pengembangan "kekuatan produktif baru", serta meningkatkan stabilitas dan keamanan bagi perekonomian global.

Hal tersebut diungkapkan oleh Wakil Presiden China Han Zheng pada forum investasi di Beijing.

Melansir Reuters, langkah ini dilakukan seiring dengan upaya negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia tersebut untuk meyakinkan perusahaan-perusahaan asing yang merasa cemas dan khawatir. 

Istilah “kekuatan produktif baru” diciptakan oleh Presiden Xi Jinping pada bulan September lalu, yang menggarisbawahi perlunya pembangunan ekonomi berdasarkan inovasi di sektor-sektor maju.

“Membangun lebih lanjut lingkungan bisnis yang berorientasi pasar, berbasis hukum, dan internasional akan menjadi kunci bagi optimalisasi berkelanjutan lingkungan bisnis China dan meningkatkan daya tariknya di mata perusahaan-perusahaan asing,” kata Han kepada hadirin pada acara perdana Invest China Summit, yang juga dihadiri oleh para CEO dari Aramco, AstraZeneca, dan Pfizer.

Baca Juga: Presiden China Xi Jinping Ucapkan Selamat kepada Prabowo Subianto

Dia menambahkan, China akan menyediakan dukungan rantai pasokan yang aman, stabil, berkualitas tinggi, dan efisien bagi operasional ekonomi global.

Perusahaan-perusahaan asing telah berusaha untuk menyelaraskan tawaran publik para pemimpin Tiongkok terhadap investasi luar negeri dengan diberlakukannya undang-undang anti-spionase yang lebih luas, penggerebekan terhadap perusahaan konsultan dan uji tuntas, serta pelonggaran kebijakan.

Berdasarkan data yang dirilis pada Jumat pekan lalu, arus investasi asing ke Tiongkok menyusut hampir 20% dalam dua bulan pertama tahun ini. 

Itu sebabnya para pejabat China telah meningkatkan upaya untuk menarik investor di mana pada saat yang bersamaan banyak perusahaan berupaya untuk “mengurangi risiko” rantai pasokan dan operasionalnya dengan menjauhi dari China.

Invest China Summit merupakan kelanjutan dari China Development Forum pada tanggal 24-25 Maret. Hal ini bertepatan dengan hari pertama Forum Bo'ao di Hainan, yang terkadang disebut-sebut sebagai jawaban Asia terhadap pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, yang mengakibatkan minggu sibuk diplomasi komersial bagi para CEO asing.

Kepala eksekutif raksasa petrokimia Aramco, perusahaan farmasi Pfizer dan AstraZeneca, perusahaan bioteknologi Novonesis, serta produsen elevator dan eskalator Otis, menyuarakan dukungan untuk pasar Tiongkok pada acara yang sama.

Baca Juga: Xi Desak Koordinasi Strategi Militer dan Ekonomi di Laut

CEO Pfizer Albert Bourla mengatakan bahwa pada akhir tahun 2025, (Pfizer) berencana untuk mengajukan 17 permohonan obat atau indikasi baru di Tiongkok. 

Sementara, CEO AstraZeneca Pascal Soriot mengatakan perusahaannya mengharapkan sekitar 100 obat-obatan di Tiongkok dalam lima tahun ke depan. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×