Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Djumyati P.
Tahukah Anda, sekarang ini China sudah menjadi negara net importir minyak terbesar dunia. Tapi kematian Presiden Venezuela Hugo Chavez, sebagai negara supplier ke tujuh terbesar China, kemungkinan bisa membahayakan pasokannya.
China sendiri di tahun 2008 membuat kesepakatan dengan Chavez dengan memberikan pinjaman sekitar US$ 40 miliar, sebagai gantinya Venezuela mengalokasikan minyak sejumlah tertentu untuk China.
Tapi perjanjian ini belum tentu akan diteruskan pemimpin baru Venezuela. Pemimpin oposisi Venezuela Henrique Capriles belum-belum sudah menyatakan keengganannya. Capriles berjanji akan meninjau kembali legalitas perjanjian ini, kalau saja nanti ia terpilih menjadi pemimpin Venezuela
Waktunya China untuk mulai panik karena mengeringnya pasokan minyak? Tidak juga. China sendiri sepertinya tidak pernah mengonsumsi sebagian besar pasokan minyak dari Venezuela.
Kebanyakan minyak yang dikirimkan Venezuela bahkan tidak pernah mencapai pelabuhan China. “Perbedaan yang besar ini kemungkinan karena perusahaan minyak nasional China menjual minyak asal Venezuela di pasar bebas. Hal ini mereka lakukan untuk menghilangkan biaya logistik yang tinggi karena minyak asal Venezuela harus melewati pengiriman jauh ke China,” tutur Kevin Jianjun Tu pakar energi di Carnegie Endowment for International Peace tahun lalu.
Data-data historis sepertinya bisa menjadi penunjang dugaan ini. Ditambah lagi catatan dari Matt Ferchen profesor di Tsinghua University. “Minyak Venezuela mempunyai grade yang berat sehingga tidak akan cocok dengan kapasitas refinery China,” tutur Matt.
Jadi China sepertinya tidak sehaus itu dalam mengonsumsi minyak, paling tidak untuk minyak asal Venezuela. Apa yang didambakan perusahaan-perusahaan ini rupanya adalah menjadi pemain minyak kelas dunia yang kompetitif di pasar.