Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
Kementerian Luar Negeri China juga mengatakan pihaknya tidak memiliki informasi mengenai masalah tersebut.
Amerika Serikat dan puluhan negara lain pada awal tahun ini mengatakan bahwa pengiriman senjata Korea Utara ke Rusia “secara terang-terangan” melanggar beberapa resolusi Dewan Keamanan PBB.
Joseph Byrne, peneliti di RUSI, mengatakan pemerintah China harus mengetahui bahwa kapal yang disetujui AS itu berlabuh di galangan kapalnya.
“Jika mereka membiarkan (Angara) berlayar keluar dari pelabuhan tanpa pemeriksaan dan baru diperbaiki, maka hal itu menunjukkan China kemungkinan tidak akan mengambil tindakan apa pun terhadap kapal-kapal Rusia tersebut,” kata Byrne.
Washington telah berulang kali meminta China untuk tidak membantu upaya perang Moskow sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, yang terjadi hanya beberapa minggu setelah Rusia dan China mendeklarasikan “kemitraan tanpa batas.”
Blinken pekan lalu mengkritik dukungan China terhadap industri pertahanan Rusia, dengan mengatakan bahwa Beijing saat ini merupakan kontributor utama perang Moskow di Ukraina melalui penyediaan komponen penting untuk persenjataan.
Baca Juga: Kim Jong Un Sebut Sekarang Waktunya untuk Bersiap Perang
Kementerian Luar Negeri Rusia, dan Galangan Kapal Zhoushan Xinya tidak menanggapi permintaan komentar mengenai Angara.
Situs web perusahaan menyatakan bahwa kliennya berasal dari seluruh Asia, Eropa, dan Amerika Serikat dan memiliki “kerja sama strategis” dengan perusahaan pelayaran global, termasuk Maersk dan Evergreen Marine Corp Taiwan, serta kemitraan dengan perusahaan teknologi Eropa.
Baik Rusia dan Korea Utara telah berulang kali menepis kritik atas dugaan pengiriman senjata tersebut. Moskow mengatakan pihaknya akan mengembangkan hubungan dengan negara mana pun yang diinginkannya dan bahwa kerja samanya dengan Pyongyang tidak bertentangan perjanjian internasional.