Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
WASHINGTON. Di tengah optimisme pertumbuhan tinggi, penjualan ritel di Amerika Serikat (AS) malah melambat pada Februari lalu. Cuaca dingin menyebabkan pusat perbelanjaan dan showroom kendaraan sepi pengunjung.
Data Departemen Perdagangan AS menunjukkan, penjualan ritel turun 0,6% pada Februari 2015. Padahal, sebelumnya, ekonom memprediksi belanja ritel bisa naik 0,3% pada Februari 2015. Belanja konsumen berkontribusi sekitar dua pertiga ekonomi AS. Penurunan terjadi hampir di semua kategori.
Penurunan penjualan ritel ini terjadi dalam tiga bulan berturut-turut. Januari 2015, penjualan ritel bahkan turun 0,8%. Sedangkan penjualan kendaraan turun 2,5%, yang terbesar dalam setahun terakhir. Penjualan bahan bangunan dan peralatan kebun juga turun 2,3%, yang terbesar sejak Mei 2013. Adapun belanja pakaian cenderung stagnan.
Millan Mulraine, Wakil Kepala Ekonom TD Securities mengatakan, laporan ini menunjukkan dampak cuaca yang lebih besar ketimbang prediksi. Selain akibat cuaca buruk, para ekonom memperkirakan penurunan juga merupakan dampak dari perselisihan para pekerja di pelabuhan Pantai Barat yang mengganggu rantai pasokan. Penjualan ritel, tidak termasuk penjualan otomotif, bensin, bahan bangunan dan layanan makanan, bergerak datar setelah turun 0,1% pada Januari 2015.
Penjualan bahan kebutuhan pokok ini terus melemah sejak Desember 2014. Alhasil, pelemahan belanja ini berpotensi mengganggu rencana kenaikan suku bunga. Ekonom memperkirakan, bank sentral AS mungkin akan menunggu lebih lama untuk memastikan pelemahan aktivitas ekonomi konsumen awal tahun ini hanya bersifat sementara. Pelemahan ini mendorong para ekonom memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi kuartal I-2015 jadi 1,2% dibandingkan periode sama 2014.
Pada kuartal terakhir 2014, ekonomi AS tumbuh 2,2% dibandingkan periode sama 2013. Sementara itu, data Departemen Tenaga Kerja menunjukkan, klaim tunjangan pengangguran turun menjadi 289.000 pada sepekan pertama bulan Maret. Angka ini menurun dibandingkan dua pekan sebelumnya yang naik secara berurutan. Melihat data ini, para ekonom yakin, aktivitas ekonomi akan membaik pada kuartal kedua tahun ini.
Selain itu, konsumen juga akan mulai membelanjakan hasil penghematan ongkos bahan bakar sejak tahun lalu. Prospek kenaikan belanja ditambah laporan dari The Federal Reserve yang menunjukkan bahwa kekayaan rumah tangga naik dengan laju tertinggi dalam setahun. Kenaikannya sebesar US$ 1,52 triliun menjadi US$ 82,91 triliun di akhir kuartal IV-2014.
Jack Kleinhenz, Kepala Ekonom National Retail Federation mengatakan, konsumen menahan pengeluaran meski mereka punya kemampuan belanja. "Dengan cuaca yang mulai menghangat mendekati musim semi dan Paskah, konsumen akan mulai membelanjakan simpanan," kata Kleinhenz.