Sumber: Reuters | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - KUALA LUMPUR. Malaysia mencatat 9.671 kematian akibat Covid-19 pada September 2021 lalu. Ini menjadi bulan paling mematikan sejak pandemi Covid-19 dimulai di negara itu.
Berdasarkan data otoritas kesehatan Malaysia, kenaikan jumlah kematian di bulan September terjadi karena keterlambatan masuknya data kematian yang terjadi dari bulan-bulan sebelumnya.
Lonjakan tersebut telah mendorong angka kematian Malaysia ke salah satu negara dengan tingkat kematian per kapita tertinggi di Asia, bahkan ketika infeksi baru telah melambat dalam beberapa pekan terakhir di tengah program vaksinasi yang ditingkatkan.
Angka September menyumbang lebih dari sepertiga dari total 26.335 kasus kematian Covid-19 yang dilaporkan di Malaysia. Negeri Jiran itu juga telah mencatat lebih dari 2,2 juta infeksi Covid-19, jumlah tertinggi ketiga di Asia Tenggara.
Pejabat Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan, pelaporan banyak kematian telah tertunda, beberapa hingga beberapa bulan, karena meningkatnya kasus yang membuat kewalahan rumah sakit dan laboratorium pengujian di negara itu.
Kementerian pada bulan September mulai merilis data harian sesuai dengan waktu kematian, serta tanggal pelaporan mereka, dalam upaya untuk meningkatkan transparansi dan menghapus backlog.
Dalam data terbaru, meskipun Malaysia melaporkan rata-rata harian 322 kematian Covid-19 pada bulan September, kematian harian aktual turun menjadi 89 pada hari Kamis berdasarkan rata-rata bergulir tujuh hari.
Baca Juga: Cakupan vaksinasi nasional capai 90 juta dosis pertama dan 50 juta dosis lengkap
Pihak berwenang telah berjanji untuk mengurangi keterlambatan dengan memberlakukan batas waktu di rumah sakit untuk mengkonfirmasi penyebab kematian.
Kematian yang sebelumnya tidak dilaporkan memperlihatkan kesenjangan sistemik, meskipun Malaysia memiliki salah satu peluncuran vaksin tercepat di Asia Tenggara, kata pakar penyakit menular Universitas Malaya Adeeba Kamarulzaman kepada Reuters.
Ini termasuk tingkat vaksinasi yang tidak merata di berbagai negara bagian, pemantauan yang tidak memadai terhadap pasien Covid-19 di karantina rumah, serta akses terbatas ke perawatan kesehatan di antara para migran yang tidak berdokumen, katanya.
"Banyak di antara populasi migran yang kekurangan informasi tentang penyakit ini atau takut untuk datang ke rumah sakit, jika mereka ditangkap," lanjut Adeeba.
Malaysia juga memiliki tingkat obesitas, diabetes, dan hipertensi yang tinggi, terutama di antara orang dewasa muda yang divaksinasi kemudian, yang meningkatkan risiko tertular infeksi COVID-19 yang parah, tambahnya.
Sekitar 62% dari 32 juta penduduk Malaysia sekarang telah divaksinasi lengkap, termasuk 86% orang dewasa. Negara itu mulai menginokulasi remaja antara usia 12-17 bulan lalu.