Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SINGAPURA. Hasi kinerja yang membaik membuat DBS Group Holdings Ltd percaya diri untuk membuat program pembelian kembali saham dengan nilai miliaran rupiah. DBS menyebut pendorong kinerja DBS yang membaik berasal dari hasil pengelolaan kekayaan dan pendapatan perdagangan pasar.
Pemberi pinjaman terbesar di Asia Tenggara ini mengatakan menganggarkan pembelian kembali saham senilai S$ 3 miliar setara dengan US$ 2,25 miliar. Saham DBS naik 4% pada awal perdagangan di Singapura melampaui pesaing lokalnya Oversea-Chinese Banking Corp dan United Overseas Bank Ltd. Saham DBS Bank telah naik sekitar 33% tahun ini.
Program buyback saham DBS menurut Analis Morgan Stanley yang dipimpin oleh Nick Lord adalah kejutan positif mengingat valuasi pemberi pinjaman yang tinggi setelah rilis kinerja. DBS diperdagangkan pada harga lebih dari 1,7 kali nilai bukunya, tertinggi di antara tiga bank besar yang berbasis di Singapura.
Baca Juga: Mengukur Untung dan Rugi dari Kemenangan Trump Bagi Perdagangan Indonesia
Sejatinya kinerja DBS cukup baik didukung posisi modal dan perolehan laba yang kuat. Laba DBS juga mencatatkan rekor dan memberi pengembalian di atas rata-rata kepada investor dalam beberapa tahun terakhir di bawah masa jabatan Chief Executive Officer Piyush Gupta. Penggantinya Tan Su Shan mengatakan akan melanjutkan pendekatan pengembalian modal.
Dalam tiga bulan yang berakhir pada 30 September 2024, laba bersih DBS meningkat 15% menjadi S$ 3,03 miliar. Itu mengalahkan estimasi rata-rata analis yang disurvei Bloomberg, S$ 2,74 miliar. Pendapatan sama dengan pendapatan bank global termasuk HSBC Holdings Plc dan Standard Chartered Plc yang bisnis kekayaannya telah membantu menghasilkan laba yang lebih baik dari yang diharapkan.
Pada kuartal III tahun ini, DBS membagi dividen interim sebesar 54 sen Singapura per saham, yang mencerminkan imbal hasil dividen sebesar 5,5%.
Mirip dengan perusahaan lain, DBS secara berkala membeli kembali sahamnya di pasar terbuka. "Pasca pembelian kembali, DBS akan mempertahankan sekitar S$ 6 miliar kelebihan modal," menurut analis Bloomberg Intelligence Rena Kwok.
Namun, prospek tahun 2025 mungkin tidak secerah itu. "Laba bersih tahun depan diperkirakan berada di bawah level tahun ini karena pajak minimum global sebesar 15%. Dimana margin bunga bersih akan mengalami sedikit penurunan yang sebagian besar dapat diimbangi oleh pertumbuhan pinjaman," tambah Gupta.
Pendapatan nonbunga untuk buku komersial akan tumbuh pada angka tunggal yang tinggi tahun depan, dipimpin oleh biaya pengelolaan kekayaan dan penjualan pelanggan treasury.
Baca Juga: Mengukur Untung dan Rugi dari Kemenangan Trump Bagi Perdagangan Indonesia