Sumber: The Motley Fool | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - Warren Buffett, CEO Berkshire Hathaway, baru-baru ini menjual sebagian besar sahamnya di Bank of America, namun terus melakukan investasi besar dalam saham perusahaan keuangan lain.
Dalam delapan kuartal terakhir, Berkshire telah menjual saham senilai US$ 166 miliar, termasuk US$ 10,5 miliar dari Bank of America sejak pertengahan Juli 2024. Penjualan ini mencakup lebih dari 26% dari total kepemilikan Berkshire di bank tersebut.
Penjualan besar ini menarik perhatian karena Bank of America sangat sensitif terhadap perubahan suku bunga. Ketika suku bunga naik antara 2022 dan 2023, pendapatan bunga bank ini meningkat tajam.
Baca Juga: Warren Buffett Menumpuk Uang Tunai Hingga Rp 5.117 Triliun, Ini Kata Analis
Namun, dengan kebijakan Federal Reserve yang kini mulai melonggarkan suku bunga, prospek keuntungan Bank of America menjadi tidak pasti.
Buffett, yang terkenal dengan strategi investasinya yang berorientasi pada nilai jangka panjang, mungkin melihat adanya risiko dalam mempertahankan saham di bank tersebut.
Meski menjual sebagian besar saham Bank of America, Buffett tetap berinvestasi besar di sektor keuangan lainnya. Sejak 2018, Buffett telah menghabiskan hampir US$ 78 miliar untuk membeli kembali saham Berkshire Hathaway sendiri.
Pembelian kembali ini dimungkinkan setelah aturan perusahaan diubah pada 2018, yang memperbolehkan Buffett membeli saham asalkan Berkshire memiliki cadangan kas minimal US$ 30 miliar.
Baca Juga: Mark Cuban: Jika Anda Menggunakan Kartu Kredit, Anda Tidak Ingin Menjadi Kaya
Pembelian kembali saham merupakan strategi yang dipilih Buffett untuk meningkatkan nilai pemegang saham tanpa membayar dividen. Dengan mengurangi jumlah saham beredar, Buffett secara efektif meningkatkan nilai per saham bagi para pemegang saham.
Pada kuartal kedua 2024, Berkshire menghabiskan US$ 345 juta untuk membeli kembali saham, meskipun tidak ada pembelian yang dilakukan pada kuartal ketiga.
Dengan strategi ini, Buffett menunjukkan komitmennya terhadap investasi jangka panjang di sektor keuangan, meskipun tetap selektif dalam memilih perusahaan yang dianggap memiliki nilai fundamental yang kuat.