Sumber: Sputnik News | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Organisasi hak asasi manusia Amnesty International dan Oxfam Ibis telah menyuarakan keprihatinan mengenai rencana penjualan jet tempur tersebut. Mereka meminta Denmark untuk memastikan jet tidak jatuh ke tangan yang salah untuk menghindari kejahatan perang dan pelanggaran hak asasi manusia.
"Pesawat tempur adalah senjata ampuh yang dapat digunakan di tangan yang salah untuk menyerang sasaran sipil. Kami telah melihat ini sebelumnya di Suriah dan Yaman, antara lain," kata Sekretaris Jenderal Amnesty International Denmark Dan Hindsgaul kepada Danish Radio, seperti dikutip Sputnik News.
Lebih lanjut, Hindsgaul mengingatkan bahwa risiko terburuk bagi Denmark jika menemukan pembeli yang salah adalah bisa dibawa ke Pengadilan Kriminal Internasional.
Armada F-16 milik Denmark saat ini sedang dalam pengerahan terakhir mereka. Sejak September, mereka telah berbasis di Pangkalan Udara Siauliai di Lithuania, di mana mereka melakukan pengawasan udara di atas Negara Baltik.
Jet-jet tersebut sebelumnya juga pernah menimbulkan masalah karena biaya perawatan yang berlebihan hingga tingkat kebisingannya yang sangat tinggi.