Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lonjakan pembelian emas oleh bank sentral di seluruh dunia kini mulai mencerminkan momentum kuat Bitcoin (BTC) di pasar aset alternatif.
Melansir Cointelegraph Jumat (10/10/2025), menurut laporan terbaru Deutsche Bank, tren tersebut dapat menjadi sinyal bahwa Bitcoin berpotensi menjadi aset cadangan masa depan, berdampingan dengan emas.
Deutsche Bank mencatat, porsi emas dalam cadangan devisa global mencapai 24% pada kuartal II-2025, tertinggi sejak dekade 1990-an.
Baca Juga: Rupiah Melemah ke Rp 16.570 Hari Ini (10/10), Dolar AS, Emas, Bitcoin Menuju Puncak
Permintaan resmi emas bahkan tercatat dua kali lipat lebih tinggi dibanding rata-rata periode 2011–2021.
“Akumulasi emas yang kembali meningkat secara agresif menandai perubahan besar dalam sistem keuangan global, mengingatkan pada perilaku abad ke-20,” tulis tim strategi Deutsche Bank, Kamis (9/10).
Mereka menilai bahwa momentum Bitcoin saat ini memiliki pola serupa dengan pergerakan emas.
Emas lampaui rekor tertinggi riil dalam 45 tahun
Meski harga emas dalam denominasi mata uang fiat telah menembus rekor baru, Deutsche Bank mencatat bahwa baru dalam beberapa pekan terakhir harga emas menembus level tertinggi sepanjang masa dalam nilai riil (disesuaikan inflasi) sejak tahun 1980.
“Baru beberapa minggu terakhir ini emas akhirnya melewati rekor riil yang tercatat sekitar 45 tahun lalu,” tulis para analis.
Baca Juga: Harga Emas Mendekati US$ 4.000, Siap Catat Kenaikan Mingguan Kedelapan
Deutsche Bank menjelaskan, tertundanya rekor baru tersebut disebabkan oleh penjualan emas besar-besaran oleh bank sentral selama beberapa dekade, penjualan paksa oleh institusi, serta era dominasi mata uang fiat.
“Peran formal emas sebagai aset cadangan berakhir pada 1979 ketika IMF melarang negara anggota mematok nilai tukar terhadap emas, delapan tahun setelah runtuhnya sistem Bretton Woods,” tulis laporan tersebut.
Bitcoin dinilai berpotensi menjadi aset cadangan
Di tengah penguatan emas ke level tertinggi riil, Marion Laboure, ekonom makro Deutsche Bank, melihat sejumlah paralel antara emas dan Bitcoin yang dapat menjadikan kripto tersebut sebagai penyimpan nilai potensial.
Baca Juga: Penambangan Bitcoin Makin Sulit, Harga BTC Bisa Melejit
Dalam laporan bertajuk “Gold’s Reign, Bitcoin’s Rise”, Laboure menyebut bahwa performa kedua aset menunjukkan kemiripan signifikan, termasuk volatilitas tinggi dan periode underperformance yang serupa.
Selain itu, baik emas maupun Bitcoin memiliki korelasi rendah dengan aset tradisional, sehingga menawarkan manfaat diversifikasi portofolio bagi investor institusi.
Proyeksi: Emas dan Bitcoin masuk cadangan bank sentral pada 2030
Laboure menilai, volatilitas Bitcoin yang kini turun ke level terendah sepanjang sejarah dapat memperkuat argumen bahwa aset kripto ini suatu hari dapat diadopsi oleh bank sentral.
Meski demikian, ia juga menyoroti sejumlah hambatan seperti penggunaan yang terbatas, risiko spekulatif, kerentanan siber, dan likuiditas yang terbatas.
Baca Juga: Bitcoin Punya 100 Hari untuk Parabola atau Mengakhiri Bull Market
“Terlepas dari tantangan tersebut, baik emas maupun Bitcoin berpotensi sama-sama tampil dalam neraca bank sentral pada tahun 2030, mengingat keduanya berperan sebagai aset lindung nilai (safe haven),” ujar Laboure.
Pandangan tersebut muncul seiring meningkatnya adopsi institusional Bitcoin dan ketertarikan sejumlah negara untuk menjadikan BTC bagian dari cadangan strategisnya.
Namun, sebagian besar bank sentral masih berhati-hati, mengingat volatilitas Bitcoin masih dianggap terlalu tinggi untuk menjaga stabilitas nilai cadangan devisa.