kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Diberi label manipulator mata uang, ini dampaknya bagi sebuah negara


Rabu, 07 Agustus 2019 / 10:30 WIB
Diberi label manipulator mata uang, ini dampaknya bagi sebuah negara


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Perang mulut yang terjadi antara China dan Amerika Serikat (AS) masih terus berlanjut. Sebelumnya, Reuters memberitakan, AS memberikan label bagi China sebagai manipulator mata uang. Hal tersebut dilakukan setelah China diduga membiarkan mata uangnya melemah melampaui level psikologis 7 untuk kali pertama dalam satu dekade.

Tentu saja hal ini membuat AS kecewa. Sebab, level 7 merupakan simbol penting yang menjadi batasan saat terjadinya krisis finansial pada 2008 lalu. Menurut AS, China secara sengaja memperlemah posisi yuan, sehingga membuat barang-barang China lebih murah bagi pembeli luar negeri.

Baca Juga: Ini mata uang yang diuntungkan saat terjadi currency war

Namun, sebagian besar ahli dan analis mengatakan bahwa bank sentral China telah mengambil sejumlah langkah untuk mendongkrak mata uangnya selama bertahun-tahun sebagai langkah untuk mencegah perusahaan dan komunitas bisnis untuk menarik dananya keluar dari China.  

"The People's Bank of China mengetahui, saat yuan melewati batas 7 akan menghambat negosiasi perdagangan," jelas Logan Wright, director of China markets research Rhodium Group seperti yang dikutip dari MoneyCNN.

Dengan kata lain: Dalam beberapa hari terakhir, China memang melakukan intervensi di pasar mata uang. Namun, belum pernah melakukan intervensi untuk memperlemah posisi yuan.

Baca Juga: Yuan melemah 0,31% di angka 7,0417 per dolar AS (Pukul 09.30 WIB)

Dituding sebagai manipulator tentu membuat China berang. Label ini akan membawa stigma yang berdampak pada reputasi sebuah negara di mata komunitas internasional.

Di masa lalu, China, Korea Selatan, dan sejumlah negara lain yang dituding sebagai manipulator mata uang, mengambil aksi lanjutan. Sebab, label manipulator memberikan sinyal kepada komunitas global bahwa negara terkait tidak menjadi pemain yang bersih dalam makroekonomi

Dampaknya cukup banyak. Investor asing kemungkinan tidak mau menanamkan investasinya di sebuah negara yang tidak mengikuti aturan yang berlaku. Selain itu, negara-negara dunia juga tidak mau melakukan transaksi perdagangan dengan seseorang yang bersaing tidak sehat dan mengeruk keuntungan untuk kepentingan pribadi.

Kendati demikian, label China sebagai manipulator mata uang sepertinya tidak berdampak banyak. Hal ini mengingat mayoritas komunitas internasional akan memandang tudingan pemerintahan Trump bermotif politik.




TERBARU

[X]
×