kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.606.000   15.000   0,94%
  • USD/IDR 16.290   50,00   0,31%
  • IDX 7.257   75,31   1,05%
  • KOMPAS100 1.072   13,85   1,31%
  • LQ45 846   11,73   1,41%
  • ISSI 216   3,00   1,41%
  • IDX30 435   5,37   1,25%
  • IDXHIDIV20 520   7,40   1,44%
  • IDX80 122   1,62   1,34%
  • IDXV30 124   0,62   0,50%
  • IDXQ30 143   2,07   1,47%

Dilanda kepanikan, industri fintech P2P lending China bertumbangan


Jumat, 20 Juli 2018 / 12:14 WIB
Dilanda kepanikan, industri fintech P2P lending China bertumbangan
ILUSTRASI. Uang yuan China


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - BEIJING. Industri financial technology (fintech) dengan platform pinjaman peer to peer China bertumbangan. Tindak keras Pemerintah China terhadap praktik perbankan bayangan alias shadow banking, memicu kepanikan di industri fintech P2P lending China yang nilainya mencapai US$ 192 miliar imi.

Bak efek domino, makin banyak fintech P2P lending gulung tikar.  Menurut data Yingcan Group yang berbasis di Shanghai, selama bulan Juli 2018 saja, sekitar 118 platform P2P telah gagal bayar alias default. Data itu hingga 20 Juli 2017.

Padahal tiga hari sebelumnya, diperkirakan hanya 57 platform P2P yang gagal bayar di bulan Juli ini. Tingkat kegagalan fintech P2P di bulan Juli ini merupakan yang tertinggi dalam dua tahun terakhir.

Jumlah fintech yang gagal bayar di bulan ini  bisa bertambah mengingat masih ada sisa hari lebih dari satu minggu di Juli ini. Apalagi, investor makin kehilangan kepercayaan kepada P2P lending setelah kian banyak fintech ini yang tutup.

Bloomberg melaporkan, platform P2P  yang gagal bayar itu termasuk yang tidak mampu membayar dana ke investor, di bawah penyelidikan polisi, menghentikan operasi, berubah menjadi bisnis lain, atau operator melarikan diri dengan dana kliennya.

Jinyinmao, pemberi pinjaman P2P yang berbasis di Shanghai, adalah salah satu platform terbaru yang ditutup minggu ini. Dalam pernyataannya, Jinyinmao menyebutkan, investornya tak percaya lagi dan menarik dananya secara signifikan. Ini yang membuat fintech ini tumbang.

Tambah lagi, "Beberapa peminjam telah kehilangan kemampuan mereka untuk membayar kembali pinjaman mereka, meninggalkan dampak besar pada operasi kami dan mengeringkan likuiditas kami," kata Jinyinmao dalam pernyataannya.

China memang tengah memperketat pasar kredit untuk mengurangi risiko keuangan. Dalam beberapa bulan terakhir ada tindakan keras di industri ini. Regulator keuangan China mengingatkan  para penabung bahwa mereka harus siap kehilangan semua uang mereka dalam produk dengan imbal hasil tinggi.

Platform P2P China memiliki sekitar 50 juta pengguna terdaftar dan 1,3 triliun yuan atau setara US$ 192 miliar pinjaman yang belum dilunasi.



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×