Reporter: Dina Farisah | Editor: Tri Adi
Bisnis yang dikendalikan oleh duo kakak beradik Schaeffler ini terus meroket. Di tengah Perang Dunia II yang menelan banyak nyawa, Schaeffler bersaudara diuntungkan oleh pesanan senjata, roller bearing untuk tank.
Tahun 1942, Wilhelm banting setir dari bisnis tekstil menjadi memproduksi bom dan kendaraan lapis baja. Schoellgen, Profesor University of Erlangen mengatakan, Schaeffler Group ingin menjaga perusahaan tetap berkibar dengan memasuki bisnis pertahanan, berkontribusi terhadap perang dengan membuat mesin pemusnah.
Schaeffler Group memanfaatkan situasi genting dengan mendapat pundi-pundi keuntungan. Pesanan bahan baku senjata dan tank tidak putus-putus mengalir ke Schaeffler Group melalui Davistan AG.
Kejayaan Schaeffler Group tak terlepas dari terpaan angin kencang. Wilhelm sempat ditangkap pada tahun 1946 dan dipenjarakan hingga tahun 1951 atas kasus penggelapan properti di Polandia. Kasus ini sempat mengganggu bisnis Schaeffler.
Namun sang nahkoda Schaeffler Senior mampu mengambil alih peranan Wilhelm dan berupaya agar bisnis tetap tegak berdiri di saat kondisi kritis. Schaeffler Senior mampu melewati masa-masa kritis bisnis.
Schaeffler Senior membuat bearing roller dan menjadikan Schaeffler Group sebagai produsen suku cadang terbesar di dunia. Di tangan penerusnya, Schaeffler Group menjadi perusahaan berskala internasional dengan mengakuisisi Continental AG yakni produsen manufaktur
Continental AG memproduksi bagian transmisi dan bantalan bola untuk mobil, dan pesawat. Adapun nilai akuisisi ini mencapai € 11 miliar atau sekitar US$ 14 miliar. Sumber dana akuisisi ini berasal dari surat utang yang diterbitkan perusahaan.
(Bersambung)