Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Aktivitas pabrik di China mengalami peningkatan tak terduga di bulan November 2019. Menurut Markit Manufacturing Purchasing Managers Index (PMI) yang dirilis oleh The Caixin, pada bulan November 2019 PMI naik menjadi 51,8, tumbuh 1 basis poin dari bulan sebelumnya. Hal ini menandakan ekspansi tercepat sejak Desember 2016, yang kala itu ada di level 51,9.
Melansir artikel yang dimuat Reuters, Senin (2/12) peningkatan tersebut utamanya disebabkan oleh adanya pertumbuhan dari sisi permintaan dan pesanan baru yang ditopang dari bisnis ritel.
Baca Juga: Balas Amerika, China larang kapal AS masuk ke Hong Hong dan beri sanksi LSM AS
Meski aktivitas meningkat, kepercayaan masyarakat terhadap bisnis manufaktur di China menurun, dan perusahaan enggan untuk melakukan pasokan ulang. Penyebabnya tak lain, adanya ketidakpastian perang dagang antara China dan Amerika Serikat (AS).
Sejumlah ekonom yang dihubungi Reuters memperkirakan posisi PMI hanya akan ada di level 51,4 pada akhir tahun ini. Zhengsheng Zhong, Direktur Analisis Makroekonomi di CEBM Group, mencatat permintaan domestik dan luar negeri memang naik pada periode bulan November 2019. "Investasi di sektor manufaktur mungkin bertahan di batas titik terendah," tulis Zhang.
Namun, jika negosiasi perdagangan antara China dan AS menunjukkan titik terang, tingkat kepercayaan bisnis dapat membaik secara efektif. Alhasil, produksi manufaktur dan investasi kemungkinan besar akan menunjuk pada peningkatan yang solid.
Baca Juga: Serapan belanja modal perusahaan Jepang meningkat di kuartal III 2019
Indikator aktivitas pabrik yang diumumkan oleh China pada hari Sabtu (30/11) juga tak kalah mengejutkan. Hasil tersebut menunjukkan aktivitas pabrik tumbuh untuk pertama kalinya, yang disebabkan oleh peningkatan permintaan domestik sejalan dengan upaya stimulus pemerintah. Namun, dari sisi pendapatan masih mini dan pesanan ekspor juga relatif lamban.
Pasalnya, margin laba dipandang masih akan di bawah tekanan, kendati biaya produksi turun namun biaya operasional masih meningkat. Artinya, sejumlah perusahaan masih memangkas harga agar mampu bersaing di pasar.