Penulis: Prihastomo Wahyu Widodo
KONTAN.CO.ID -Â Kantor pemerintahan Rusia di Kremlin menegaskan bahwa pemilu presiden yang baru berlangsung diselenggarakan dengan bersih. Pemilu yang kembali memenangkan Vladimir Putin ini diklaim sarat dengan kecurangan.
Bukan tanpa alasan, Putin menang telak dengan 87,34% suara atau 76 juta suara, menjadi rekor tertinggi dalam sejarah Rusia pasca-Soviet.
Kandidat dari Partai Komunis, Nikolai Kharitonov, berada di posisi kedua dengan kurang dari 4%, disusul oleh Vladislav Davankov dengan 4,01% dan Leonid Slutsky dengan 3,11%.
Kemenangannya dikecam dan dianggap tidak demokratis oleh pemerintah Barat, namun Putin tetap mendapat ucapan selamat dari China, India, Korea Utara, dan negara-negara lain.
Baca Juga: Putin Menang Telak: Negara Barat Meradang, China & India Beri Ucapan Selamat
Dugaan Kecurangan
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, pada hari Rabu (20/3) menepis tuduhan bahwa pemungutan suara tersebut dicurangi dan menguntungkan Putin.
Dirinya menunjuk pada survei yang dilakukan oleh lembaga jajak pendapat milik negara yang menunjukkan bahwa 65% warga Rusia yang disurvei menganggap hasil survei tersebut dapat diandalkan.
"Pemilu ini benar-benar bersih. Tidak mungkin untuk membantahnya," kata Peskov, dikutip Reuters.
Di sisi lain, peneliti independen Rusia mengatakan dia telah menemukan bukti adanya anomali dalam penghitungan suara. Temuan itu mendukung beberapa kekhawatiran yang disuarakan oleh kelompok pemantau suara independen terkemuka di Rusia, Golos.
Baca Juga: Kemenangan Besar dalam Sejarah Rusia, Vladimir Putin Unggul Telak 87,8% di Pemilu
Ivan Shukshin, yang telah menganalisis data dari pemilu Rusia dan pemilu lainnya sejak tahun 2017, mengatakan bahwa ada 22 juta surat suara palsu yang diberikan untuk Putin tahun ini.
Jumlah itu belum termasuk hasil pemungutan suara elektronik dan data dari tempat pemungutan suara di wilayah Ukraina yang dianeksasi Rusia.
"Dalam pemilu pada umumnya, tempat pemungutan suara dengan tingkat partisipasi berbeda harus menunjukkan tingkat dukungan yang sama terhadap kandidat yang berbeda. Jika (suara) diisi untuk seseorang, hal itu akan meningkatkan jumlah pemilih dan hasil salah satu kandidat," kata Shukshin.