kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Putin Menang Telak: Negara Barat Meradang, China & India Beri Ucapan Selamat


Selasa, 19 Maret 2024 / 06:27 WIB
Putin Menang Telak: Negara Barat Meradang, China & India Beri Ucapan Selamat
ILUSTRASI. Pada Senin (18/3/2024), pemerintah negara-negara Barat mengutuk kemenangan telak Vladimir Putin dalam pemilihan umum Rusia. TASS/Dennis Grombkowski/Getty Images


Sumber: Reuters | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - LONDON. Pada Senin (18/3/2024), pemerintah negara-negara Barat mengutuk kemenangan telak Vladimir Putin dalam pemilihan umum Rusia sebagai sesuatu hal yang tidak adil dan tidak demokratis.

Akan tetapi, China, India, dan Korea Utara memberi selamat kepada pemimpin veteran Rusia tersebut karena berhasil memperpanjang masa kekuasaannya hingga enam tahun lagi.

Mengutip Reuters, reaksi yang kontras ini menggarisbawahi kesenjangan geopolitik yang semakin melebar sejak Rusia melancarkan invasi besar-besaran ke Ukraina dua tahun lalu. Hal tersebut memicu krisis terdalam dalam hubungan dengan Barat sejak berakhirnya Perang Dingin.

Sesampainya di Brussel pada hari Senin, para menteri luar negeri Uni Eropa dengan tegas menolak hasil pemilu tersebut dan menganggapnya sebagai hasil pemilu yang palsu sebelum menyetujui sanksi terhadap individu yang terkait dengan penganiayaan dan kematian kritikus Kremlin, Alexei Navalny.

“Pemilu di Rusia adalah pemilu tanpa pilihan,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock di awal pertemuan.

Memainkan referensi Moskow yang menyebut perangnya di Ukraina sebagai "operasi militer khusus", Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne mengatakan Paris telah memperhatikan "operasi pemilihan khusus".

“Syarat untuk pemilu yang bebas, pluralistik dan demokratis tidak terpenuhi,” kata kementeriannya.

Baca Juga: Rubel Menguat, Pasca Putin Memenangkan Pemilu

Menteri Luar Negeri Inggris David Cameron mengatakan hasil pemilu ini menyoroti "dalamnya penindasan" di Rusia.

“Putin menyingkirkan lawan-lawan politiknya, mengendalikan media, dan kemudian menobatkan dirinya sebagai pemenang. Ini bukan demokrasi,” kata Cameron.

Prancis, Inggris, dan negara-negara lain mengecam fakta bahwa Rusia juga mengadakan pemilu di wilayah pendudukan Ukraina yang diklaim telah mereka aneksasi selama perang.

Kremlin menepis kritik tersebut, dengan mengatakan bahwa 87% suara yang dimenangkan Putin selama tiga hari pemilu menunjukkan bahwa rakyat Rusia sedang melakukan konsolidasi terhadap dirinya.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pemilu Rusia tidak memiliki legitimasi.

"Jelas bagi semua orang di dunia bahwa tokoh ini (Putin)... sangat menginginkan kekuasaan dan melakukan segalanya untuk memerintah selamanya," kata Zelenskiy.

Seorang juru bicara Gedung Putih pada hari Minggu mengatakan pemilu di Rusia “jelas tidak bebas dan tidak adil”. 

Presiden Joe Biden belum memberikan komentarnya.

Baca Juga: Kim Jong Un Kendarai Mobil Hadiah dari Putin untuk Awasi Latihan Perang



TERBARU

[X]
×