Sumber: Euronews | Editor: Prihastomo Wahyu Widodo
Riset kali ini berfokus pada algoritma baru yang diluncurkan oleh Instagram pada bulan Agustus 2020 lalu. Sistem baru ini membuat Instagram terus merekomendasikan konten terkait melalui kolom pencarian agar pengguna terus berada di dalam aplikasi.
Sederhananya, CCDH mengatakan sekali saja pengguna bersentuhan dengan konten bermuatan misfinformasi, maka Instagram akan terus merekomendasikan lebih banyak konten sejenis.
Dinilai sebagai penelitian yang cacat
Facebook Inc. sebagai induk dari Instagram mengatakan bahwa penelitian CCDH tidak cukup merepresentasikan pengguna secara umum karena jumlah sample yang terlalu sedikit.
Kepada Euronews, juru bicara Facebook mengatakan bahwa 104 unggahan yang dijadikan patokan terlalu sedikit untuk membuktikan tuduhan mereka. Isu yang diangkat pun dianggap sudah kadaluarsa.
"Ini sangat kontras dengan 12 juta misinformasi terkait vaksin dan Covid-19 yang telah kami hilangkan dari Facebook dan Instagram sejak pandemi dimulai," ungkap juru bicara perusahaan.
Selama periode penelitian CCDH, Facebook Inc. menegaskan telah menghapus 1,17 juta unggahan dari Facebook dan Instagram karena melanggar kebijakan misinformasi.
Perwakilan Facebook tersebut juga mengatakan bahwa rekomendasi konten memang diberikan agar orang-orang yang berusaha mencari konten terkait Covid-19 dan vaksin bisa langsung diarahkan ke organisasi kesehatan atau otoritas terkait yang kredibel.
Lebih lanjut, mereka menilai metodologi di balik studi CCDH cacat dan tidak memperhitungkan bahwa platform tersebut secara proaktif mengidentifikasi konten terlarang dengan bantuan kecerdasan buatan.