Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID. Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) mulai menguat tipis pada perdagangan Senin (4/8/2025) setelah sempat anjlok tajam pada akhir pekan lalu.
Pelemahan sebelumnya dipicu oleh data ketenagakerjaan AS yang mengecewakan serta keputusan mengejutkan Presiden Donald Trump yang memecat pejabat tinggi ketenagakerjaan.
Baca Juga: Sentimen Negatif AS Bayangi Bursa Asia Senin (4/8), Harga Minyak dan Dolar Melemah
Data yang dirilis Jumat (1/8/2025) menunjukkan pertumbuhan lapangan kerja AS pada Juli jauh di bawah ekspektasi.
Selain itu, angka pekerjaan untuk dua bulan sebelumnya direvisi turun sebesar 258.000, mengindikasikan pelemahan signifikan pada kondisi pasar tenaga kerja AS.
Menambah ketidakpastian, Trump memecat Kepala Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) Erika McEntarfer pada hari yang sama, dengan tuduhan memanipulasi data pekerjaan. Langkah ini mengejutkan pasar dan meningkatkan kekhawatiran atas independensi lembaga statistik AS.
Selain itu, pengunduran diri Gubernur The Fed Adriana Kugler membuka peluang bagi Trump untuk mempercepat penunjukan loyalisnya di dewan gubernur The Fed. Trump selama ini diketahui mendesak bank sentral AS agar segera memangkas suku bunga.
Baca Juga: Proyeksi Rupiah Senin (4/8): Bergerak di Rp 16.450–Rp 16.575 per Dolar AS
Kombinasi berbagai sentimen tersebut membuat dolar AS melemah lebih dari 2% terhadap yen dan sekitar 1,5% terhadap euro pada Jumat lalu.
Namun, pada perdagangan Senin pagi, dolar mulai sedikit pulih. Dolar tercatat menguat 0,14% terhadap yen Jepang ke level 147,60, meskipun masih lebih rendah sekitar 3 yen dibandingkan puncaknya pada Jumat.
Euro melemah 0,2% menjadi US$1,1560, sementara poundsterling turun 0,1% ke US$1,3263.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik tipis 0,2% ke level 98,86, setelah merosot lebih dari 1% di akhir pekan.
"Reaksi pasar terhadap kejadian Jumat malam sangat cepat dan drastis," kata Tony Sycamore, analis pasar di IG. "Saham AS dan dolar anjlok, disertai penurunan imbal hasil obligasi."
Imbal hasil obligasi AS tenor 2 tahun turun ke level terendah tiga bulan di 3,659% pada Senin, setelah anjlok hampir 25 basis poin pada Jumat, penurunan harian terbesar sejak Agustus tahun lalu.
Baca Juga: Bursa Asia Variatif Senin (4/8) Pagi, Cermati Tarif Baru AS dan Keputusan OPEC+
Sementara itu, yield obligasi 10 tahun berada di dekat level terendah satu bulan di 4,206%.
Pasar kini memperkirakan lebih dari 95% kemungkinan The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan September, dengan ekspektasi total pemangkasan mencapai lebih dari 63 basis poin hingga akhir tahun.
"Kami memajukan proyeksi pemangkasan suku bunga The Fed sebesar 25 basis poin dari Desember ke September," kata David Doyle, Kepala Ekonom Makro di Macquarie Group.
"Meski kami tidak melihat pelemahan signifikan lanjutan di pasar tenaga kerja, hasil laporan ini kemungkinan akan mengubah penilaian FOMC atas risiko prospek ekonomi."
Di pasar mata uang lainnya, dolar Australia turun 0,17% ke US$0,6465 setelah naik 0,8% pada Jumat. Dolar Selandia Baru turun 0,24% ke US$0,5905. Sementara franc Swiss nyaris tak berubah di 0,8041 per dolar.
Baca Juga: IHSG Rentan Koreksi, Cek Rekomendasi Saham Ini untuk Perdagangan Senin (4/8)
Swiss sendiri dikejutkan dengan keputusan Trump yang mengenakan tarif tinggi terhadap negara tersebut dalam kerangka kebijakan reset perdagangan global.
Asosiasi industri di Swiss memperingatkan bahwa puluhan ribu pekerjaan bisa terdampak akibat kebijakan tarif tersebut.