Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Dolar AS bertahan stabil pada perdagangan awal Asia, Senin (10/11/2025), setelah serangkaian data ekonomi yang lemah memicu kekhawatiran pertumbuhan global.
Namun, tanda-tanda bahwa Kongres AS semakin dekat mencapai kesepakatan untuk membuka kembali pemerintahan federal meredam permintaan safe haven terhadap dolar.
Indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang utama, naik 0,2% ke 99,740, menghentikan tren penurunan selama tiga hari, seiring yen dan euro melemah.
Pemimpin Mayoritas Senat, John Thune, mengatakan pembicaraan bipartisan di Senat untuk mengakhiri shutdown federal menunjukkan arah positif, dengan rencana pemungutan suara pada Minggu malam untuk membuka kembali pemerintahan dengan pendanaan hingga Januari 2026.
“Ini terjadi tepat pada waktunya,” kata Tony Sycamore, analis pasar di IG, Sydney.
“Koreksi dolar AS yang terjadi akhir pekan lalu kemungkinan akan mereda sekarang.”
Pada Jumat lalu, indeks kepercayaan konsumen University of Michigan melemah ke level terendah hampir 3,5 tahun, mendekati rekor terendah sepanjang masa, seiring shutdown terpanjang dalam sejarah AS.
“Data kepercayaan konsumen cukup mengejutkan dan jelas menunjukkan dampak shutdown terhadap rumah tangga, sehingga prospek berakhirnya shutdown ini bisa mengurangi kerusakan,” tambah Sycamore.
Pergerakan dolar terhadap mata uang lain
Dolar diperdagangkan di 153,82 yen, naik 0,3% dari level penutupan AS, menyusul komentar Perdana Menteri Jepang Sanae Takaichi akhir pekan lalu yang menyatakan pemerintah akan mengubah target fiskal tahunan menjadi ukuran pengeluaran beberapa tahun, sehingga melemahkan komitmen konsolidasi fiskal Jepang.
Ringkasan opini Bank of Japan pada Senin juga menyebut bahwa “kabut ketidakpastian ekonomi Jepang mulai memudar dibandingkan Juli lalu.”
Trader juga menilai dampak kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump, yang memicu percepatan produksi awal tahun untuk menghadapi tenggat tarif impor asing.
Data akhir pekan menunjukkan inflasi harga konsumen China naik lebih cepat dari perkiraan, menyusul laporan penurunan ekspor terbesar sejak Februari.
Menurut Eric Robertsen, kepala riset global Standard Chartered Bank, “Kami memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia melambat kembali setelah front-loading ekspor selesai, dan dengan siklus penurunan suku bunga hampir tuntas, aliran modal ke aset lokal diperkirakan melambat.”
Ia menambahkan, “Ada risiko bahwa likuiditas global yang melimpah pada 2025 bisa kurang mendukung aset global pada 2026. Hal ini bisa mendorong penguatan dolar AS dalam 12 bulan ke depan.”
Perkembangan suku bunga dan mata uang global
Perdagangan Fed funds futures menunjukkan probabilitas 67% pemotongan suku bunga 25 basis poin pada rapat Federal Reserve berikutnya pada 10 Desember, tidak berubah dari Jumat lalu, menurut alat CME Group FedWatch.
Mata uang utama lainnya bergerak bervariasi: Euro melemah 0,1% ke US$1,155, Sterling turun 0,2% ke US$1,314, Yuan offshore stabil di 7,1261 per dolar, Dolar Australia menguat 0,1% ke US$0,6502, dan Dolar Selandia Baru melemah 0,1% ke US$0,56265.













