Sumber: money.cnn | Editor: Mesti Sinaga
Nilai tukar dollar Amerika Serikat (AS) terus naik sejak Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS. Sebaliknya, kurs euro melemah terhadap dollar AS. Alhasil, nilai tukar keduanya bakal ‘bertabrakan’ alias bertemu di titik sama alias mencapai nilai paritas, yakni ketika nilai tukar US$ 1 sama dengan € 1.
Kurs dollar AS telah menguat 9% sejak dilaksanakannya pemilu presiden di AS, sehingga setiap US$ 1 bisa ditukarkan dengan € 0,96. Ini merupakan kurs dollar terkuat sejak 2003.
Tren ini membuat pelaku pasar memperkirakan kedua mata uang utama dunia ini bakal segera mencapai nilai paritas. Terakhir kali nilai paritas dollar dan euro tercapai tahun 2002.
Adam Slater, Kepala Ekonom Oxford Economic, Kamis (15/12) mengatakan, nilai paritas tersebut akan tercapai pada akhir 2017.
Slater mengatakan, pergerakan mata uang sekarang digerakkan oleh perbedaan kebijakan moneter di kedua sisi Samudra Atlantik.
Sementara itu, sejumlah ekonom lainnya memperkirakan level psikologis itu akan tercapai lebih cepat.
Penguatan dollar ini juga disokong oleh kenaikan suku bunga AS. Seperti diketahui, pekan ini Bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunga karena melihat perekonomian Amerika membaik.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa (European Central Bank / ECB) telah memperpanjang program stimulus. ECB juga terus mempertahankan suku bunganya berada di rekor terendah, untuk mendukung perekonomian dan meningkatkan inflasi.
Investor tentu lebih tertarik pada aset di negara yang memiliki suku bunga lebih tinggi dan ekonomi yang kuat, sebab mereka mengharapkan imbal hasil yang lebih tinggi. Inilah yang membuat dollar AS menguat. Sementara mata uang Eropa berada di sisi sebaliknya.
Presiden AS terpilih Donald Trump juga berperan mendorong tercapainya nilai paritas dollar – euro. Maklum, Trump berjanji memangkas pajak dan regulasi serta mendorong proyek infrastruktur. Kebijakannya bisa menciptakan inflasi, di mana Federal Reserve harus menjaga suku bunga tinggi.
Pergeseran besar dalam mata uang ini membuat harga produk Eropa dan perjalanan ke Benua Biru itu menjadi lebih murah bagi warga AS.
Eksportir Eropa, termasuk produsen mobil Jerman, diharapkan akan memetik keuntungan dari kondisi ini.
Nilai ekspor Jerman ke AS mencapai US$ 125 miliar setiap tahunnya, menjadikan negara tersebut sebagai mitra dagang terbesar Amerika.