kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.965.000   -1.000   -0,05%
  • USD/IDR 16.620   158,00   0,94%
  • IDX 6.767   17,72   0,26%
  • KOMPAS100 979   5,15   0,53%
  • LQ45 762   4,33   0,57%
  • ISSI 215   0,81   0,38%
  • IDX30 395   2,48   0,63%
  • IDXHIDIV20 471   1,18   0,25%
  • IDX80 111   0,53   0,48%
  • IDXV30 115   0,73   0,63%
  • IDXQ30 130   0,90   0,70%

Donald Trump Seret Ekonomi AS ke Ambang Krisis Hanya dalam 100 Hari


Rabu, 30 April 2025 / 07:53 WIB
Donald Trump Seret Ekonomi AS ke Ambang Krisis Hanya dalam 100 Hari
ILUSTRASI. Donald Trump menghabiskan 100 hari pertamanya di Ruang Oval dengan menyeret ekonomi AS hingga ke ambang krisis. REUTERS/Nathan Howard 


Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

KONTAN.CO.ID - Donald Trump menghabiskan 100 hari pertamanya di Ruang Oval dengan menyeret ekonomi AS hingga ke ambang krisis. 

Kebijakan yang dijalankan Trump mempertaruhkan reputasi Amerika sebagai tempat berlindung yang aman secara finansial dan menumbuhkan rasa takut di antara para pemilih yang telah kehilangan kepercayaan pada kepemimpinannya.

Mengutip CNN, warga Amerika sangat menginginkan penurunan dari harga bahan makanan yang tinggi dan mempercayai janji Trump untuk membuat Amerika terjangkau lagi pada bulan November 2024, sebagian karena nostalgia terhadap ekonomi pra-pandemi pada masa jabatan pertamanya.

Namun, Trump dengan sengaja dan seorang diri mengadopsi kebijakan yang hampir pasti akan menaikkan harga lebih tinggi lagi, bahkan dapat menyebabkan kekurangan pasokan; juga yang membuat para CEO dan usaha kecil berhadapan dengan kekacauan dan kemungkinan resesi.

Trump tengah berupaya melakukan perombakan paling mendasar terhadap ekonomi AS dan global selama beberapa generasi, bersikeras bahwa ia dapat menciptakan kembali zaman keemasan akhir abad ke-19 yang mistis dengan menggunakan tarif "indah" untuk mengerahkan kekuatan ekonomi AS guna menghancurkan para pesaing dagang.

Namun, Trump tampaknya tak ambil pusing mengenai kondisi itu. 

Triliunan dolar telah hilang dari pasar saham. Maskapai penerbangan memangkas penerbangan, perusahaan-perusahaan papan atas memangkas prakiraan tahunan mereka, dan beberapa pengecer telah berhenti menjual barang-barang buatan China di AS karena tarif. 

Baca Juga: Harga Emas Terkoreksi, Didorong Kemajuan Negosiasi Tarif Dagang Trump

Selain itu, Dana Moneter Internasional (IMF) telah memangkas prakiraan pertumbuhan AS; Federal Reserve mengatakan beberapa bisnis telah berhenti merekrut; CEO Walmart memberi tahu Trump bahwa kebijakannya akan menghentikan rantai pasokan pada musim panas.

Janji Trump

Selama kampanye tahun lalu, Trump berulang kali menyerang mantan Presiden Joe Biden atas penanganannya terhadap ekonomi, dengan berjanji untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan menurunkan inflasi. Namun, 100 hari setelah masa jabatan keduanya di Gedung Putih, Trump kesulitan untuk memenuhi janji-janji tersebut.

Mengutip CBS News, data menunjukkan bahwa kebijakan khas Trump tentang perdagangan, imigrasi, dan belanja pemerintah tidak hanya gagal memicu pertumbuhan ekonomi. Kebijakan tersebut juga berkontribusi terhadap kontraksi tajam dalam aktivitas dan mengancam untuk memicu kembali inflasi. 

Para ekonom juga memperingatkan bahwa kemungkinan terjadinya resesi di AS meningkat.

Baca Juga: Ini Daftar Pemenang dan Pencundang di Wall Street Jelang 100 Hari Trump

Bagi jutaan pengusaha di AS, pendekatan asal-asalan pemerintahan Trump dalam mengenakan tarif pada mitra dagang utama, bersama dengan hampir setiap negara lain di planet ini, telah menjadi tantangan.

"Saya tidak dapat memikirkan preseden untuk hal seperti ini," Nancy Vanden Houten, kepala ekonom AS di firma penasihat investasi Oxford Economics, mengatakan kepada CBS MoneyWatch tentang dampak 100 hari pertama Trump terhadap ekonomi.

"Presiden Reagan, misalnya, menerapkan banyak perubahan dalam hal kebijakan pajak dan pengeluaran serta pemotongan pertahanan, dan hal-hal tersebut berdampak besar," tambahnya, "Tetapi elemen di sini yang sangat berbeda adalah pendekatannya, yang cukup tidak konsisten dan kacau."

Menurut jajak pendapat CBS News tentang 100 hari pertama presiden menjabat, saat basis pendukung setia Trump terus menyuarakan dukungan, di antara pemilih lainnya juga ada keyakinan yang meluas dan berkembang bahwa pemerintahan terlalu fokus pada tarif dan tidak cukup fokus pada penurunan harga.

Kekhawatiran tersebut muncul saat Gedung Putih membuat perubahan tajam dengan buku pedoman tradisional negara tersebut tentang perdagangan global. 

Hasilnya, menurut para kritikus, terjadi perubahan mendadak dan membingungkan dalam kebijakan tarif dan kerusakan besar pada hubungan geopolitik AS.

Tonton: Xi Jinping Bantah Telepon Donald Trump untuk Bicarakan Tarif

Catatan saja, kebijakan tarif Trump merupakan tarif tertinggi dalam lebih dari satu abad.

"Tarif telah menjadi bencana yang tidak dapat dihindari, secara ekonomi," mantan Senator Phil Gramm, seorang Republikan dan mantan profesor ekonomi di Universitas Texas A&M, mengatakan kepada CBS MoneyWatch. 

Dia menambahkan, "Tidak diragukan lagi bahwa kebijakan tarif itu sendiri akan menaikkan harga karena tarif adalah pajak. Dan ingat, 61% impor adalah komponen yang akan digunakan dalam produksi barang dan jasa di Amerika."

Gramm menambahkan, "Saya ingin menekankan bahwa kerugian tarif bukan hanya inflasi — tetapi apa yang ditimbulkannya terhadap efisiensi dan pertumbuhan ekonomi."

Selanjutnya: Risiko Investasi Melandai, Duit Investor Masuk ke SBN

Menarik Dibaca: Resep Mie Gomak Medan yang Gurih dan Berempah, Tiap Suapan Nagih Banget



TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Practical Inventory Management (SCMPIM) Negotiation Mastery

[X]
×