Reporter: Edy Can, Asnil Bambani Amri | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Rabu lalu (19/2) dunia dikagetkan dengan keputusan akuisisi yang dilakukan Facebook, raksasa jejaring sosial terbesar dunia terhadap WhatsApp, yang juga raksasa penyedia aplikasi percakapan.
Bisa dibilang, transaksi Facebook tersebut merupakan akuisisi jejaring sosial terbesar sepajang abad ini. Dalam pengumuman resminya, Facebook menyatakan telah membeli saham WhatsApp senilai US$ 16 miliar.
Dalam hal pelunasan, Facebook melakukan pembayaran dengan dua cara. Pertama dengan merogoh senilai US$ 4 miliar dalam bentuk tunai, kemudian sisanya sebesar US$ 12 miliar dibayar dengan saham Facebook.
Keputusan kedua petinggi perusahaan raksasa itu terbilang cepat. Apalagi, kedua bisnis itu terbilang menjadi jawara di segmen bisnis yang sama tetapi media berbeda. Facebook jawara di bisnis jejaring sosial lewat internet, dan WhatsApp menjadi jawara di situs jejaring sosial percakapan lewat mobile.
Berdasarkan sumber KONTAN dari orang dalam Facebook, keputusan untuk akuisisi WhatsApp dilakukan tak lebih dari dua pekan. Ceritanya bermula dari Mark Zuckerberg, pendiri Facebook yang mengutarakan idenya soal menghubungkan dunia melalui internet.
“Jadi Mark dan Jan Koum (Pendiri WhatsApp) Cuma ngobrol-ngobrol saja 11 hari sebelum transaksi. Mereka ngobrol bagaimana dunia bisa terhubung lewat internet,” kata sumber KONTAN tersebut. Dalam pembicaraan itu, Jan Koum juga berpandangan sama.
Selanjutnya, obrolan mengalir sampai kemudian ada wacana menghubungkan akses internet dengan mobile yang kini sudah menjadi perangkat komunikasi yang banyak digunakan penduduk dunia. “Enggak lama setelah itu, mereka rupanya sadar, kenapa mereka tak bergabung,” jelas sumber itu.
Alhasil, obrolan mengkerucut hingga muncul wacana penggabungan Facebook dengan WhatsApp. “Dari situ semuanya jalan cepat banget,” jelas sumber tersebut.
Dua raksasa yang sama-sama tenar
Soal ketenaran Facebook dan WhatsApp tak usahlah diragukan lagi. Sebelum sepakat hidup dalam satu rumah, keduanya sudah bersaing menyediakan aplikasi percakapan chatting atau ngobrol online.
Dalam hal bisnis aplikasi ini, Facebook Messenger harus puas ada di urutan kedua. Sedangkan WhatsApp jawara ada di dimenangkan oleh WhatsApp.
Soal percakapan ini, bisa dibilang WhatsApp adalah sang jawara. Ini terlihat dari riset yang dilakukan OnDevice Research kepada 3.795 pengguna ponsel pintar Android dan iOS di lima negara, yakni Amerika Serikat, Brasil, Afrika Selatan, China dan Indonesia.
Hasil survei yang digelar 5 Oktober 2013 hingga 10 November 2013 itu menyebutkan, 44% pengguna ponsel yang mengikuti survei menggunakan aplikasi WhatsApp setidaknya sekali sepekan.
Hingga kini, setidaknya ada 450 juta orang yang menggunakan WhatsAppp di penjuru dunia. Bukan tak mungkin, jumlahnya terus bertambah seiring dengan naiknya jumlah pengguna ponsel.
Sementara itu, Facebook yang harus mengakui kekalahan dari WhatsApp tentu tak mau ambil pusing. Sebab, Facebook fokus menjadi pemain di ajang interaksi sosial. Di segmen bisnis ini, Facebook berhasil membuktikan kinerjanya dengan memiliki 556 juta akun.
Soal kinerja perusahaan terbilang cukup kinclong. Perusahaan jejaring sosial ini secara mengejutkan, membukukan pendapatan US$ 2,58 miliar di kuartal IV 2013 atau naik 44% ketimbang periode Oktober-Desember tahun sebelumnya.
Total pendapatan Facebook tahun 2013 juga cukup fantastis, mencapai US$ 7,8 miliar. Labanya juga melejit 7 kali lipat, menjadi US$ 523 juta, atau 20 sen per saham. Bandingkan dengan kuartal IV-2012, Facebook membukukan laba US$ 64 juta atau 3 sen per saham.
Jumlah pengguna yang mengakses Facebook dari layar perangkat mobile naik 49% di kuartal IV menjadi 556 juta akun. Zuckerberg juga berbicara kemungkinan perusahaan membuat aplikasi Facebook Messenger untuk memudahkan pengguna perangkat mobile.
Facebook belakangan banyak dilirik karena diproyeksikan mampu mencatat laba jumbo dari layanan iklannya. Adanya Iklan "Newsfeed" dari Facebook diproyeksikan menjadi lumbung pendapatan bagi Facebook.