kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.919   11,00   0,07%
  • IDX 7.202   60,78   0,85%
  • KOMPAS100 1.106   11,13   1,02%
  • LQ45 878   12,09   1,40%
  • ISSI 220   0,63   0,29%
  • IDX30 449   6,48   1,46%
  • IDXHIDIV20 540   5,30   0,99%
  • IDX80 127   1,46   1,16%
  • IDXV30 134   0,17   0,13%
  • IDXQ30 149   1,68   1,14%

Dubai UEA Hapuskan Pajak Minuman Keras demi Memikat Kedatangan Turis Asing


Senin, 02 Januari 2023 / 22:23 WIB
Dubai UEA Hapuskan Pajak Minuman Keras demi Memikat Kedatangan Turis Asing
ILUSTRASI. penjualan minuman keras, miras, minuman beralkohol, minol, di restoran/kafe di Jakarta Selatan, Minggu (9/8). KONTAN/Daniel Prabowo/09/08/2015


Sumber: Reuters,Bloomberg | Editor: Syamsul Azhar

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Uang adalah raja, uang tidak mengenal agama. Begitulah kira kira untuk menggambarkan kebijakan pemerintah kota Dubai, Uni Emirat Arab (UEA).

Dubai mengumumkan memulai awal tahun 2023 ini resmi menghapus pajak 30% atas penjualan alkohol. Wilayah ini juga menggratiskan lisensi minuman keras yang ingin memproduksi di wilayah itu.

Kebijakan ini sebagai langkah nyata untuk meningkatkan status negara ini sebagai pusat bisnis sekaligus tempat pariwisata terkemuka di Timur Tengah.

Dihadapkan kebijakan alkohol bebas pajak ini mampu meningkatnya persaingan dari tetangga Teluk Persia seperti Arab Saudi dan Qatar.

Uni Emirat Arab (UEA) juga telah memperkenalkan serangkaian peraturan selama beberapa tahun terakhir untuk membuat negara ini lebih menarik bagi turis asing agar tinggal lebih lama maupun untuk bekerja.

Baca Juga: Menhub Ajak UEA-Qatar Tambah Investasi Sektor Perhubungan Udara dan Laut

UEA menjadikan sektor pariwisata adalah pilar utama ekonomi, tetapi sebagian besar diarahkan pada segmen mewah alias menengah atas. Kebijakan terbaru soal minuman alkohol ini akan membuat Dubai berada pada posisi yang lebih baik untuk melayani pasar yang lebih luas.

Tim Cordon, chief operating officer Radisson Hotel Group untuk Timur Tengah dan Afrika menilai langkah UEA ini "sangat positif" untuk industri restoran dan hotel.

Saat ini minuman keras memang sudah tersedia secara luas di Dubai, tetapi satu pint bir harganya bisa mencapai lebih dari US$ 15 di restoran. Sementara sebotol anggur bisa berharga lebih dari US$ 100. 

Hal inilah yang mendorong banyak penduduk untuk berkendara ke wilayah lain di Uni Emirat seperti Umm Al Quwain, sekitar 80 kilometer (50 mil) dari Dubai, di mana harga jauh lebih murah.

Salah satu dari dua distributor alkohol Dubai, Maritime dan Mercantile International (MMI), mengumumkan langkah tersebut dengan iklan yang mengumumkan diakhirinya perjalanan panjang ini. 

Distributor terkait negara Dubai lainnya, African & Eastern, telah memotong harga untuk mencerminkan penghapusan pajak penjualan, katanya dalam sebuah postingan di Instagram.

Kedua perusahaan mengatakan lisensi minuman keras, yang biayanya sekitar US$ 70 setahun, sekarang menjadi gratis. Mereka masih dibutuhkan karena Uni Emirat Arab membatasi penjualan alkohol untuk Muslim.

Kancah kuliner Uni Ermiat yang sedang berkembang baru-baru ini mendapat dorongan dari Michelin, yang memberi 11 restoran setidaknya satu bintang. 

Namun, kota ini terkadang tidak sebanding dengan pusat lain dalam hal biaya dan para pelaku bisnis perhotelan telah melobi untuk pengurangan retribusi.

"Di mana perbedaan harga adalah ketika Anda melihat daftar anggurnya," kata Cordon.

Inisiatif terbaru Dubai akan berlangsung selama satu tahun masa percobaan dan pemerintah kemungkinan akan memantau seberapa efektif harga yang lebih rendah diteruskan ke konsumen. 

Meskipun menghapus cukai, Pajak pertambahan nilai 5% akan terus dikenakan pada penjualan alkohol.

Memang selama ini pajak dari penjualan alkohol telah menjadi sumber pendapatan penting bagi pemerintah Dubai, dampak pengurangannya dapat diimbangi dengan pajak perusahaan federal sebesar 9% yang akan dimulai pada bulan Juni.

Kebijakan pemulihan ekonomi di kota yang paling cepat bangkit dari pandemi juga telah mendorong sektor-sektor utama seperti pariwisata dan real estat, yang kemungkinan akan membantu menyerap sebagian dari kekurangan pendapatan alkohol.

Saat ini prosentase ekspatriat di UEA lebih dari 80% dari 10 juta penduduk. Dubai adalah kota terbesar di UEA. 

Pemerintah negara itu berencana untuk menarik jutaan lagi dalam beberapa dekade mendatang dan pihak berwenang telah memperkenalkan serangkaian tindakan yang bertujuan untuk melonggarkan pembatasan sosial.

Baca Juga: UEA Ubah Hukum Perdata Untuk Non Muslim, Incar Investasi & Long Term Residency Asing

Sebelumnya UEA mengakhiri larangan pasangan yang belum menikah untuk tinggal bersama, memindahkan hari kerja menjadi Senin-Jumat sejak tahun lalu. 

Negara ini juga melonggarkan aturan imigrasi, termasuk memperkenalkan "visa emas" yang memungkinkan orang asing untuk bekerja, tinggal, dan belajar tanpa memerlukan sponsor di negara tersebut.

Sebagai perbandingan di negara tetangga, saat ini alkohol masih sepenuhnya dilarang di wilayah Arab Saudi. Sementara di negara-negara regional lainnya termasuk Qatar dan Oman, mengenakan pajak yang sangat tinggi minuman ini.

Sementara kantor berita Reuters menuliskan, "Dengan penghapusan 30% pajak kota dan lisensi alkohol gratis, membeli minuman favorit Anda sekarang lebih mudah dan lebih murah dari sebelumnya," mengutip pernyataan MMI, salah satu dari dua pemasok utama alkohol di Dubai di akun Instagramnya.

Perekonomian Kota Dubai telah pulih dengan cepat dari pandemi Covid -19, dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 4,6% tahun ini selama sembilan bulan pertama tahun 2022.

Pariwisata adalah pilar utama ekonomi, dan jumlah wisatawan tumbuh lebih dari 180% pada paruh pertama tahun 2022 selama periode tahun 2021 yang sama.

Beberapa negara Teluk telah memperkenalkan PPN karena mereka semakin beralih ke perpajakan untuk meningkatkan pendapatan non-minyak.

Sementara Uni Emirat Arab tidak mengenakan pajak penghasilan, itu akan memperkenalkan pajak perusahaan 9% mulai Juni atas laba melebihi 375.000 dirham (setara dengan US$ 102.100).

Tapi Dubai, tempat gedung tertinggi di dunia dan pulau-pulau berbentuk seperti pohon palem, menghadapi persaingan regional yang semakin ketat.

Arab Saudi, misalnya, menginvestasikan miliaran untuk memoles daya tarik pariwisatanya dengan upaya seperti Proyek Laut Merah, sambil menjadi tuan rumah acara budaya dan olahraga besar.

Kasino pertama di Teluk, di mana aturan Islam telah lama melarang perjudian, diharapkan dibuka di emirat Ras Al Khaimah pada tahun 2026, di sebuah resor yang dibangun dan dioperasikan oleh Wynn Resorts. 



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×