Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menilai, perekonomian dunia masih mampu bertahan meski Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump telah memberlakukan tarif impor besar-besaran.
Namun, OECD memperingatkan bahwa pukulan penuh dari kebijakan tersebut baru akan terasa pada tahun mendatang.
Baca Juga: CEO JPMorgan: The Fed Sulit Pangkas Suku Bunga Jika Inflasi AS Tak Turun!
Dalam laporan terbarunya, OECD menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 3,1%, lebih tinggi dibandingkan perkiraan pada bulan Juni sebesar 2,9%. Proyeksi untuk 2026 juga direvisi naik dari 3% menjadi 3,2%.
“Kebijakan tarif AS belum sepenuhnya berdampak pada arus perdagangan dan investasi global. Namun, risiko pelemahan tetap besar ketika efek tarif mulai menekan biaya produksi dan daya saing,” ujar Chief Economist OECD, Clare Lombardelli pada Selasa (23/9/2025).
Menurut OECD, perekonomian AS dan China saat ini mendapat dorongan dari investasi kecerdasan buatan (AI) serta paket stimulus fiskal.
Hal ini membantu mengimbangi ketidakpastian global yang dipicu oleh meningkatnya proteksionisme.
Meski demikian, OECD menekankan bahwa lonjakan tarif impor AS termasuk logam, semikonduktor, dan barang konsumsi pada akhirnya akan memicu biaya lebih tinggi bagi industri dan konsumen, serta berpotensi menekan arus investasi lintas negara.
Baca Juga: TikTok Jadi Kartu Tawar Baru dalam Negosiasi AS–China
“Efek jangka menengah bisa berupa pertumbuhan yang lebih lambat dan fragmentasi ekonomi global yang makin dalam,” tulis laporan tersebut.
Dengan revisi terbaru ini, OECD menjadi salah satu lembaga internasional pertama yang menilai efek tarif Trump tidak langsung menekan pertumbuhan, melainkan menimbulkan dampak bertahap yang baru akan terlihat signifikan pada 2026.