kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   20.000   1,05%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Laba Bank AS Naik, Tapi Para Eksekutif Wanti-Wanti Risiko Tarif Impor


Jumat, 11 April 2025 / 20:53 WIB
Laba Bank AS Naik, Tapi Para Eksekutif Wanti-Wanti Risiko Tarif Impor
ILUSTRASI. Divisi perdagangan saham JPMorgan Chase dan Morgan Stanley membukukan rekor pendapatan di tengah reli pasar pada awal tahun. REUTERS/Eduardo Munoz/File Photo GLOBAL BUSINESS WEEK AHEAD


Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - NEW YORK. Laba sejumlah bank besar Amerika Serikat (AS) mencatatkan hasil di atas ekspektasi pada kuartal I-2025, ditopang lonjakan pendapatan dari perdagangan saham.

Namun, para eksekutif perbankan justru memberi peringatan soal risiko ekonomi akibat kebijakan tarif impor yang semakin agresif.

Divisi perdagangan saham JPMorgan Chase dan Morgan Stanley membukukan rekor pendapatan di tengah reli pasar pada awal tahun.

Baca Juga: China Kembali Balas Tarif Trump, Kekhawatiran Resesi Ekonomi Global Meningkat

Di sisi lain, Wells Fargo juga mencatatkan peningkatan fee dari layanan klien.

Namun di balik capaian positif itu, para petinggi bank mulai mengkhawatirkan efek lanjutan dari tarif tinggi yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump.

Kebijakan ini telah mengguncang pasar dan dikhawatirkan bisa memicu inflasi hingga mendorong ekonomi masuk ke jurang resesi.

"Perhatian kini bergeser ke awan mendung akibat ketidakpastian tarif," ujar Peter Torrente, Banking Sector Leader KPMG AS, Jumat (11/4).

"Fokus sekarang tertuju pada risiko fiskal dan kredit. Kondisi keuangan konsumen diamati ketat, karena tarif bisa menyebabkan kenaikan harga yang pada akhirnya berdampak pada kemampuan bayar pinjaman mereka."

Baca Juga: Tak Ada Ampun! China Kenakan Tarif Produk AS dari 84% Menjadi 125% Mulai Sabtu Besok

Selain itu, Torrente menambahkan, permintaan kredit dari korporasi juga menjadi indikator penting yang perlu dipantau dalam waktu dekat.

Chief Financial Officer JPMorgan, Jeremy Barnum, menyebut bahwa konsumen mulai melakukan "pre-buying" atau pembelian awal untuk mengantisipasi kenaikan harga.

Sementara itu, klien korporasi cenderung menunda rencana jangka panjang akibat tingginya ketidakpastian kebijakan.

CEO JPMorgan Jamie Dimon bahkan memprediksi, banyak perusahaan kemungkinan akan menarik atau merevisi proyeksi kinerja mereka dalam waktu dekat, mengingat sulitnya memprediksi arah kebijakan perdagangan.

Peringatan ini menambah daftar panjang tokoh Wall Street yang mewanti-wanti potensi dampak negatif dari kebijakan tarif Presiden Trump.

Baca Juga: Hati-Hati! China Punya Senjata Ampuh yang Bisa Hancurkan Ekonomi dan Pertahanan AS

Sebelumnya, Larry Fink (CEO BlackRock) dan Bill Ackman (manajer hedge fund miliarder) juga menyuarakan kekhawatiran serupa.

Gejolak di pasar saham juga kembali mencuat pada Kamis (10/4) lalu, seiring kekhawatiran investor terhadap rencana lanjutan tarif yang dapat menggerus profit korporasi dan memperlambat pertumbuhan ekonomi.

"Klien korporat dan komersial mulai mengambil langkah mundur, menunggu kepastian. Mereka butuh kejelasan arah kebijakan sebelum membuat keputusan besar," ujar CFO Wells Fargo Michael Santomassimo.




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×