kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.896.000   -8.000   -0,42%
  • USD/IDR 16.779   21,00   0,13%
  • IDX 6.386   123,68   1,97%
  • KOMPAS100 919   23,06   2,58%
  • LQ45 720   13,51   1,91%
  • ISSI 200   6,40   3,30%
  • IDX30 377   4,75   1,28%
  • IDXHIDIV20 456   5,42   1,20%
  • IDX80 105   2,83   2,78%
  • IDXV30 111   4,32   4,06%
  • IDXQ30 123   1,12   0,92%

China Kembali Balas Tarif Trump, Kekhawatiran Resesi Ekonomi Global Meningkat


Jumat, 11 April 2025 / 18:43 WIB
China Kembali Balas Tarif Trump, Kekhawatiran Resesi Ekonomi Global Meningkat
ILUSTRASI. Ilustrasi perang dagang Amerika dan China. China kembali menaikkan tarif impor barang dari Amerika Serikat (AS) hingga 125% pada Jumat sebagai respons kenaikan tarif terbaru oleh Trump.


Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  BEIJING/WARSAWA/LONDON. China kembali menaikkan tarif impor barang dari Amerika Serikat (AS) hingga 125% pada Jumat sebagai respons terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump yang sebelumnya menaikkan tarif atas produk Chiha. 

Langkah ini semakin memperburuk perang dagang yang mengancam stabilitas rantai pasokan global.

Balasan China memperparah ketidakpastian ekonomi yang ditimbulkan kebijakan tarif Trump. Pasar saham mengalami penurunan lebih lanjut, sementara para pemimpin dunia kesulitan menghadapi gangguan perdagangan terbesar dalam beberapa dekade terakhir.

"Risiko resesi kini jauh lebih tinggi dibandingkan beberapa minggu yang lalu," ujar Adam Hetts, Kepala Multi-Aset Global di Janus Henderson.

Baca Juga: Waspada! Gara-Gara Tarif Trump, Risiko Resesi Ekonomi AS dan Global Makin Meningkat

Pemulihan singkat pasar saham setelah Trump menunda tarif bagi puluhan negara selama 90 hari segera menghilang, karena perhatian kembali tertuju pada meningkatnya ketegangan perdagangan antara AS dan China.

Peningkatan tarif ini berisiko menghentikan perdagangan barang antara dua ekonomi terbesar dunia, yang pada tahun 2024 tercatat mencapai lebih dari US$ 650 miliar.

Saham global mengalami penurunan, dolar melemah, dan aksi jual obligasi pemerintah AS meningkat pada Jumat, yang memicu kekhawatiran terhadap stabilitas pasar obligasi terbesar di dunia. Emas, yang dianggap sebagai aset aman di masa ketidakpastian, mencapai rekor tertinggi.

Indeks saham di Asia sebagian besar mengikuti penurunan di Wall Street. Di Eropa, kenaikan tarif oleh China turut menyebabkan pelemahan pasar saham.

Perang Dagang dengan China

Trump mengumumkan penundaan tarif selama 90 hari bagi beberapa negara, tetapi tetap menaikkan tarif impor dari China hingga 145%. Sebagai respons, Beijing menerapkan tarif balasan dan menyebut kebijakan tarif Trump sebagai "intimidasi dan pemaksaan sepihak."

Pemerintah China menegaskan bahwa mereka tidak akan terus-menerus membalas setiap kenaikan tarif AS, tetapi membuka kemungkinan untuk menerapkan bentuk pembalasan lainnya. 

Baca Juga: Balas Tarif Trump 104%, China Akan Larang Semua Film dari AS

"Bahkan jika AS terus menaikkan tarif, dampaknya tidak akan signifikan secara ekonomi dan akan menjadi catatan sejarah yang dipertanyakan," ujar Kementerian Keuangan China.

Analis dari UBS menilai bahwa keputusan China untuk tidak membalas kenaikan tarif lebih lanjut merupakan pengakuan bahwa hubungan dagang kedua negara sudah nyaris terputus.

Trump menyatakan kepada wartawan di Gedung Putih pada Kamis bahwa ia masih percaya AS dapat mencapai kesepakatan dengan Tiongkok. Ia juga menyatakan rasa hormatnya kepada Presiden China Xi Jinping.



TERBARU

[X]
×