Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
Xi, dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Spanyol Pedro Sanchez di Beijing pada Jumat, menekankan bahwa China dan Uni Eropa harus "bersama-sama menentang tindakan intimidasi sepihak," sebuah sindiran terhadap kebijakan tarif Trump.
Menteri Keuangan AS Scott Bessent menepis kekhawatiran pasar dan menyatakan bahwa kesepakatan dagang dengan negara lain akan membawa kepastian.
Gedung Putih mengonfirmasi bahwa AS dan Vietnam telah sepakat memulai pembicaraan perdagangan, dengan Vietnam berkomitmen menindak barang-barang China yang dikirim melalui wilayahnya untuk menghindari tarif.
Di Jepang, Perdana Menteri Shigeru Ishiba membentuk gugus tugas perdagangan dan berencana mengunjungi Washington pekan depan.
Baca Juga: Balas Tarif Trump, China Batasi Ekspor Rare Earth, Industri AS Alami Kepanikan
Namun, langkah-langkah tersebut belum cukup untuk meredakan kekhawatiran dunia usaha terhadap dampak perang dagang. Bisnis di Eropa menghadapi tantangan tambahan akibat penguatan euro, yang membuat mereka kurang kompetitif di pasar global.
Pada Jumat, nilai tukar euro mencapai level tertinggi dalam tiga tahun terhadap dolar AS dan tertinggi dalam 11 tahun terhadap yuan China di pasar luar negeri.
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyebut penangguhan tarif oleh Trump selama 90 hari sebagai "jeda yang rapuh." Ia menegaskan bahwa periode ini justru menciptakan ketidakpastian bagi dunia usaha di kedua sisi Atlantik.
Para menteri keuangan Uni Eropa pada Jumat membahas strategi pemanfaatan jeda ini untuk mencapai kesepakatan dagang dengan AS. Sebagai langkah awal, Uni Eropa mengumumkan penghentian tarif balasan pertama mereka.
Baca Juga: Menakar Dampak Kebijakan Tarif Impor AS Terhadap Ekonomi Global dan Indonesia
Ke depan, dampak kebijakan tarif ini terhadap kebijakan suku bunga akan menjadi perhatian utama dalam pertemuan Bank Sentral Eropa pekan depan. Selain itu, laporan keuangan perusahaan dalam beberapa hari mendatang diperkirakan akan menunjukkan peringatan laba yang signifikan.