kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   15.000   0,79%
  • USD/IDR 16.800   4,00   0,02%
  • IDX 6.262   8,20   0,13%
  • KOMPAS100 896   3,65   0,41%
  • LQ45 707   -0,42   -0,06%
  • ISSI 194   0,88   0,46%
  • IDX30 372   -0,72   -0,19%
  • IDXHIDIV20 450   -1,01   -0,22%
  • IDX80 102   0,35   0,35%
  • IDXV30 106   0,47   0,45%
  • IDXQ30 122   -0,87   -0,70%

Hati-Hati! China Punya Senjata Ampuh yang Bisa Hancurkan Ekonomi dan Pertahanan AS


Sabtu, 12 April 2025 / 09:00 WIB
Hati-Hati! China Punya Senjata Ampuh yang Bisa Hancurkan Ekonomi dan Pertahanan AS
ILUSTRASI. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas, memunculkan kekhawatiran global terkait potensi retaliasi . REUTERS/Florence Lo/Illustration


Sumber: Fox Business | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memanas, memunculkan kekhawatiran global terkait potensi retaliasi yang dapat mengguncang sistem keuangan dan pertahanan internasional.

Para analis memperingatkan bahwa Presiden Tiongkok Xi Jinping dapat melakukan langkah ekstrem seperti melarang ekspor logam tanah jarang (rare earth) serta menjual besar-besaran surat utang AS (U.S. Treasuries), yang berpotensi melemahkan dolar, meningkatkan biaya pinjaman, serta menurunkan kesiapan militer Amerika.

Langkah Strategis Beijing: Logam Langka Sebagai Senjata Geopolitik

Logam tanah jarang adalah kelompok 17 elemen penting yang digunakan dalam berbagai sektor strategis, mulai dari teknologi konsumen hingga sistem pertahanan canggih seperti rudal hipersonik, jet tempur, dan kacamata penglihatan malam.

“Tidak ada satu pun pesawat jet milik Angkatan Udara AS yang tidak menggunakan logam tanah jarang, khususnya dalam bentuk magnet,” ujar Mark Smith, CEO NioCorp dan veteran industri pertambangan selama 40 tahun.

Baca Juga: Teman Miliarder Trump Cuan Besar! Cuitan 'Waktu yang Tepat untuk Beli' Bikin Geger

Larangan ekspor dari Tiongkok, yang menguasai 90% pasar global logam langka, dapat menyebabkan rudal pintar berubah menjadi rudal “bisu” yang tak dapat diarahkan secara presisi. Ini akan berdampak langsung terhadap kesiapan tempur militer AS.

Tiongkok telah mengambil langkah awal dengan mendaftarkan tujuh jenis logam langka menengah dan berat ke dalam daftar kontrol ekspor, memungkinkan Beijing membatasi jumlah lisensi ekspor yang diberikan, tanpa perlu menerapkan larangan total. Praktik serupa pernah terjadi pada 2010, ketika Tiongkok menghentikan ekspor ke Jepang akibat perselisihan diplomatik.

Ancaman Dumping Surat Utang AS dan Dampak Sistemik Global

Tiongkok saat ini memegang sekitar US$ 761 miliar surat utang pemerintah AS, menjadikannya pemegang asing terbesar kedua setelah Jepang.

Dumping besar-besaran terhadap aset ini akan menurunkan nilai obligasi, menaikkan yield, dan memicu lonjakan biaya pinjaman pemerintah AS. Selain itu, tindakan ini dapat melemahkan nilai tukar dolar AS serta memicu gejolak di pasar keuangan global.

“Xi bukan lagi pemimpin yang sama seperti tahun 2018,” kata Nazak Nikakhtar, mantan pejabat Departemen Perdagangan AS dan pakar kebijakan perdagangan.

“Ia telah memperkuat kekuasaan, mempercepat industrialisasi domestik di sektor teknologi tinggi seperti semikonduktor dan AI, serta mengeliminasi pesaing politik. Ia lebih siap untuk menghadapi tekanan dan balas menyerang,” tambahnya.

Langkah tambahan yang bisa diambil Tiongkok adalah mendevaluasi yuan, strategi yang pernah digunakan untuk menjadikan ekspor Tiongkok lebih kompetitif sekaligus membuat produk AS lebih mahal di pasar domestik Tiongkok.

Baca Juga: Takut Dampak Kebijakan Trump, Jerman Siap Tarik Cadangan Emas 1.200 Ton di AS!

Dengan manipulasi nilai tukar, Beijing bisa memberikan tekanan ekonomi tambahan pada Washington, tanpa perlu menerapkan larangan total ekspor.

Kebijakan Trump: Tarif 125% untuk Produk Tiongkok, Sinyal Eskalasi Baru

Presiden Donald Trump baru-baru ini mengumumkan penangguhan tarif selama 90 hari untuk semua negara kecuali Tiongkok, yang akan dikenai tarif 125% atas seluruh barang ekspornya. Kebijakan ini disebut sebagai respons terhadap praktik perdagangan Tiongkok yang dinilai tidak adil.

Sebagai balasan, Tiongkok sebelumnya telah mengenakan tarif sebesar 84% terhadap impor AS, menciptakan atmosfer saling ancam yang berisiko menjalar ke negara mitra lainnya.

Meski retorika kedua belah pihak mengeras, Trump masih memberi sinyal kemungkinan tercapainya kesepakatan:

“Tiongkok ingin membuat kesepakatan. Mereka hanya belum tahu bagaimana cara menempuhnya. Xi adalah sosok yang bangga. Mereka hanya belum menemukan jalannya.”

Nikakhtar memperingatkan bahwa Tiongkok kemungkinan juga akan menghukum negara-negara ketiga yang membantu AS melewati hambatan ekspor.

“Mereka akan menghukum negara lain yang menyalurkan barang ke AS. Ini adalah krisis serius yang berisiko global,” tegasnya.

Sementara itu, industri pertambangan AS belum siap untuk menggantikan suplai logam langka dari Tiongkok. Rata-rata waktu dari penemuan hingga produksi mineral di AS bisa mencapai 29 tahun, dibandingkan hanya beberapa bulan di Tiongkok yang memiliki regulasi lingkungan yang minim serta pendanaan langsung dari negara.

Baca Juga: Hindari 'Harga Gila' iPhone akibat Tarif Trump, Apple Rela Kirim dari India ke AS

AS Juga Punya Senjata Ekonomi: Sanksi terhadap Bank Tiongkok?

Meski Tiongkok memiliki banyak opsi balasan, Nikakhtar menyatakan bahwa AS pun masih memiliki alat ekonomi yang belum dimaksimalkan, termasuk pengendalian ekspor, pembatasan aliran modal, hingga sanksi keuangan terhadap lembaga keuangan utama Tiongkok.

“Jika Departemen Keuangan AS bersedia, mereka bisa menjatuhkan sanksi serius yang dapat melumpuhkan bank-bank besar Tiongkok,” tegasnya.

Selanjutnya: Siap-Siap, PNS Akan Terima Gaji 13, Jadwal Pembayaran Juni 2025 100% Gaji & Tunjangan

Menarik Dibaca: Fitur iPhone 16 yang Membuatnya Menonjol di Kelasnya, Ini Dia Penjelasannya



TERBARU

[X]
×