Sumber: Reuters | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tesla Inc. (TSLA.O) memberikan CEO Elon Musk paket saham baru senilai sekitar US$29 miliar (Rp 475 triliun) sebagai bagian dari kesepakatan kompensasi sementara.
Langkah ini bertujuan mempertahankan Musk di posisi puncak saat perusahaan menghadapi transisi penting dari bisnis inti otomotif yang tengah lesu menuju fokus pada robotaxi dan robot humanoid.
Saham Baru sebagai “Good Faith” untuk Paket 2018 yang Dibatalkan
Tesla mengumumkan pemberian 96 juta saham baru sebagai langkah awal dan bentuk good faith untuk menghormati paket kompensasi Musk tahun 2018 senilai lebih dari US$50 miliar. Paket tersebut dibatalkan oleh pengadilan Delaware pada tahun lalu karena dinilai cacat dalam proses persetujuan dewan serta dianggap merugikan pemegang saham.
Musk telah mengajukan banding pada Maret 2025, menuding hakim pengadilan tingkat rendah membuat sejumlah kesalahan hukum dalam keputusan tersebut. Rencana kompensasi jangka panjang yang baru akan diajukan ke pemungutan suara pada rapat tahunan pemegang saham Tesla pada 6 November mendatang.
Baca Juga: Loyalitas Pelanggan Tesla Anjlok saat Musk Dukung Trump, Terendah Sepanjang Sejarah
Upaya Memperkuat Posisi Musk dan Kendali Voting
Sebagai pemegang saham terbesar Tesla dengan kepemilikan 13%, Musk memposisikan Tesla sebagai perusahaan berbasis kecerdasan buatan dan robotik, di tengah penurunan penjualan mobil listrik dan harga saham yang tertekan.
Pemberian saham baru ini dirancang untuk memperkuat kekuatan voting Musk secara bertahap. Komite khusus Tesla yang dipimpin Ketua Dewan Robyn Denholm dan Direktur Independen Kathleen Wilson-Thompson menilai langkah ini penting untuk menjaga fokus Musk pada misi perusahaan.
"Meski kami menyadari Elon memiliki berbagai kepentingan dan kesibukan di luar Tesla, kami yakin pemberian ini akan memotivasi Elon untuk tetap di Tesla," tulis komite dalam pernyataan resmi.
Saham baru ini hanya akan vest jika Musk tetap menjabat sebagai eksekutif kunci hingga 2027, dengan masa holding lima tahun kecuali untuk keperluan pembayaran pajak atau harga pembelian sebesar US$23,34 per saham — sama dengan harga eksekusi paket 2018.
Baca Juga: Elon Musk Diprediksi Jadi Triliuner Pertama Dunia pada 2027
Jika paket kompensasi 2018 kembali diberlakukan penuh oleh pengadilan Delaware, maka pemberian baru ini akan dibatalkan atau dikompensasikan untuk menghindari double dip.
Namun, Charles Elson dari University of Delaware menilai paket ini sebagai “kemasan ulang” dari kesepakatan lama yang sudah dinyatakan tidak sah, sehingga berpotensi melemahkan putusan pengadilan sebelumnya.
Bisnis Otomotif Melemah, Fokus Bergeser ke Robotaxi
Meski saham Tesla naik lebih dari 2% dalam perdagangan pra-pasar setelah pengumuman ini, performanya tahun ini masih tertekan dengan penurunan sekitar 25%. Penurunan penjualan terjadi akibat jajaran produk kendaraan yang menua, persaingan ketat, serta pandangan politik Musk yang memicu kontroversi dan membuat sebagian konsumen menjauh.
Dukungan pemerintah AS terhadap kendaraan listrik juga berkurang, memperburuk tantangan. Musk memperkirakan Tesla akan menghadapi “beberapa kuartal sulit” sebelum pendapatan dari perangkat lunak dan layanan self-driving mulai mengalir pada akhir 2026.
Analis memprediksi Tesla akan mencatat penurunan penjualan tahunan lagi pada 2025 setelah mencatat penurunan pertamanya tahun lalu.
Baca Juga: Elon Musk Resmikan Restoran Bertema Retro-Futuristik, Ini Menu dan Fasilitasnya!
Data S&P Global Mobility menunjukkan loyalitas merek Tesla menurun tajam sejak Musk secara terbuka mendukung Donald Trump pada musim panas lalu. Ketegangan antara keduanya muncul kembali tahun ini setelah Musk membentuk partai politik baru.
Tantangan Regulasi Robotaxi
Tesla tengah menguji coba layanan robotaxi skala kecil di Austin, Texas, sejak Juni dengan menggunakan sekitar selusin SUV Model Y. Namun, perusahaan belum memiliki izin untuk mengoperasikan layanan tersebut di California.
Meski Tesla baru saja meluncurkan layanan ride-hailing di San Francisco Bay Area, perusahaan tidak menjelaskan apakah armada di wilayah tersebut menggunakan kendaraan otonom seperti yang digunakan di Austin. Perizinan dan regulasi diperkirakan menjadi tantangan besar sebelum layanan ini dapat dioperasikan secara penuh.