Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana
KONTAN.CO.ID - SYDNEY. Pemerintah Australia akan menaikkan kuota mahasiswa asing sebesar 9% menjadi 295.000 pada tahun 2026, serta memprioritaskan pelamar dari kawasan Asia Tenggara. Langkah ini diumumkan pada Senin (4/8) sebagai bagian dari kebijakan migrasi yang lebih terkontrol.
Kebijakan pembatasan jumlah mahasiswa asing sebelumnya diperkenalkan tahun lalu sebagai upaya mengendalikan lonjakan migrasi yang turut mendorong kenaikan harga properti. Untuk tahun 2025, Australia telah menetapkan batas sebanyak 270.000 tempat bagi mahasiswa asing.
Pada tahun 2026, Australia menambah 25.000 tempat karena kebijakan pembatasan sebelumnya telah berhasil menurunkan jumlah mahasiswa internasional yang dianggap sudah tak terkendali.
Baca Juga: Australia Aman dari Kenaikan Tarif AS, Tetap di Level 10%
"Meningkatkan pendidikan internasional secara berkelanjutan adalah demi kepentingan mahasiswa, universitas, dan juga kepentingan nasional," ujar Menteri Pendidikan Australia, Jason Clare, dalam pernyataan dikutip Reuters.
Pada tahun anggaran 2023, Australia mengeluarkan hampir 600.000 visa pelajar, menandai kembalinya mahasiswa asing dalam jumlah besar pasca pandemi Covid-19. Mayoritas mahasiswa berasal dari China dan India.
Selain menerapkan batas kuota, pemerintah juga telah menaikkan dua kali lipat biaya visa mahasiswa mulai 2024 dan berkomitmen menutup celah hukum yang memungkinkan perpanjangan visa berkali-kali secara terus-menerus.
Menurut Wakil Menteri Pendidikan Internasional, Julian Hill, langkah-langkah pengetatan tersebut telah membuahkan hasil dan memungkinkan adanya kenaikan kuota secara moderat pada 2026. "Angkanya sebelumnya tumbuh di luar kendali," kata Hill kepada ABC.
Selama 12 bulan terakhir, pemerintah telah mengambil keputusan sulit yang tidak selalu disukai sektor pendidikan tinggi demi menurunkan jumlah dan menjadikannya lebih berkelanjutan. Sekitar dua pertiga dari total kuota akan dialokasikan ke universitas, sementara sepertiganya untuk sektor pelatihan kejuruan (vocational training).
Pemerintah juga menetapkan universitas besar, khususnya yang berbasis publik, harus membuktikan bahwa mahasiswa domestik dan internasional memiliki akses terhadap perumahan yang aman dan layak. Selain itu, mereka didorong untuk merekrut lebih banyak mahasiswa dari Asia Tenggara agar bisa memperoleh alokasi tambahan.
Baca Juga: Penjualan Ritel Australia Naik 1,2% pada Juni, Diskon Besar Tarik Konsumen Berbelanja
"Penting bagi kekuatan lunak (soft power) Australia di masa depan agar kami terus membawa individu terbaik dari negara tetangga kami di Asia Tenggara dan membekali mereka dengan pengalaman Australia yang akan mereka kenang sepanjang hidup," kata Hill.
Hubungan dengan Asia Tenggara merupakan salah satu fokus utama pemerintahan Perdana Menteri Anthony Albanese yang tengah berupaya mengurangi ketergantungan ekonomi Australia pada China.
Organisasi Universities Australia menyambut baik peningkatan kuota ini dan menyebutnya sebagai langkah masuk akal. "Universitas telah lama meminta adanya pertumbuhan di sektor penting ini, dan pemerintah telah memenuhi permintaan tersebut," ujar CEO Universities Australia, Luke Sheehy.
Australia merupakan salah satu negara dengan proporsi mahasiswa internasional tertinggi di dunia. Sektor pendidikan internasional menyumbang lebih dari A$ 51 miliar setara dengan US$ 33,05 miliar terhadap perekonomian negara pada tahun 2024, menjadikannya sebagai ekspor jasa terbesar Australia.