Sumber: The Guardian | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Apple Inc. tengah menjalankan strategi agresif untuk menghindari dampak tarif tinggi yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump terhadap produk impor dari Tiongkok.
Sejak Maret 2025, perusahaan teknologi asal Cupertino ini dilaporkan telah menerbangkan sekitar 600 ton iPhone, atau setara 1,5 juta unit perangkat, dari pabrik-pabrik produksinya di India menuju Amerika Serikat.
Langkah ini merupakan respons terhadap ancaman tarif sebesar 145% terhadap barang-barang asal Tiongkok yang masih menjadi basis utama perakitan iPhone global.
Sumber internal menyebut bahwa langkah ini diambil untuk "mengalahkan tarif", terutama dengan adanya masa tenggang selama 90 hari atas tarif India yang lebih ringan, yakni hanya 10%. Meskipun India tidak sepenuhnya bebas dari beban pajak ekspor ke AS, tarif tersebut dianggap lebih ringan dan dapat ditekan melalui efisiensi operasional yang meningkat.
Baca Juga: IPhone Bakal Makin Mahal! Tarif Trump bisa Dorong Harga Tembus Rp 58 Juta
Peningkatan Kapasitas Produksi di India: 20% Kenaikan Output dalam Waktu Singkat
Apple telah menetapkan target peningkatan produksi sebesar 20% di fasilitas manufaktur India, khususnya di pabrik milik Foxconn di Chennai, yang merupakan fasilitas produksi iPhone terbesar di negara tersebut. Pabrik ini telah memproduksi 20 juta unit iPhone sepanjang tahun lalu, termasuk model iPhone 15 dan iPhone 16 terbaru.
Untuk mencapai target tersebut, Apple menambah jumlah tenaga kerja dan memperpanjang jam operasional, termasuk menjalankan produksi di hari Minggu. Selain Foxconn, dua fasilitas manufaktur lainnya yang dioperasikan oleh Tata dan Foxconn turut memperkuat rantai pasokan Apple di India.
Strategi Diversifikasi Produksi: India Jadi Penyangga Utama
Apple tampaknya tidak hanya menjadikan India sebagai lokasi produksi alternatif, tetapi juga sebagai penyangga utama distribusi jangka pendek ke pasar AS.
Menurut laporan Bank of America, jika semua unit iPhone yang diproduksi di India dialihkan ke pasar Amerika, maka pasokan tersebut bisa memenuhi sekitar 50% dari permintaan iPhone di AS sepanjang tahun 2025.
Baca Juga: Imbas Tarif Trump, Saham Apple Kehilangan Kapitalisasi hingga US$ 300 Miliar
Langkah ini juga memperlihatkan bahwa Apple tengah mencoba mengamankan pengecualian dari tarif atas produk asal Tiongkok. Sambil menunggu kepastian kebijakan perdagangan AS, India menjadi pilihan pragmatis untuk menjembatani kebutuhan pasar tanpa membebani konsumen dengan harga yang melonjak drastis.
Kenaikan Harga iPhone Akibat Tarif: Risiko Bagi Konsumen Amerika
Ancaman tarif setinggi 145% terhadap produk Tiongkok dapat berujung pada lonjakan harga signifikan di pasar AS. UBS, sebuah bank investasi global, memperkirakan bahwa iPhone 16 Pro Max 256GB yang saat ini dibanderol US$1.199 dapat melonjak hingga mendekati US$2.000, apabila Apple memindahkan beban biaya tarif kepada konsumen.
Langkah untuk memproduksi iPhone di Amerika Serikat secara penuh dianggap terlalu mahal oleh para analis. Wedbush Securities menyatakan bahwa pembuatan satu unit iPhone di AS dapat memakan biaya hingga US$3.500, menjadikannya tidak kompetitif dibandingkan produksi di India, Tiongkok, atau Vietnam.
"Jika konsumen menginginkan iPhone seharga US$3.500, maka kita bisa memproduksinya di New Jersey atau Texas," ujar Dan Ives, analis dari Wedbush, dalam laporan investor terbaru.