Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Pertumbuhan ekspor Thailand pada Juli 2025 melambat dibanding bulan sebelumnya, namun masih melampaui perkiraan berkat percepatan pengiriman sebelum tarif impor Amerika Serikat (AS) berlaku.
Kementerian Perdagangan Thailand memperingatkan, laju ekspor diperkirakan akan melandai sepanjang sisa tahun ini setelah tarif diberlakukan.
Baca Juga: Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra Bebas dari Tuduhan Penghinaan Kerajaan
Data resmi menunjukkan pada Senin (25/8/2025), ekspor yang telah diklarifikasi bea cukai naik 11% YoY pada Juli, lebih tinggi dari perkiraan jajak pendapat Reuters sebesar 9,6%, tetapi lebih rendah dibanding kenaikan 15,5% pada Juni.
Secara kumulatif, ekspor tujuh bulan pertama tahun ini tumbuh 14,4% YoY. Pemerintah tetap mempertahankan target pertumbuhan ekspor 2%–3% pada 2025, meski mengakui ada peluang realisasi lebih tinggi berkat awal tahun yang kuat.
“Pencapaian pertumbuhan ekspor dua digit sepanjang tahun tampaknya tidak mungkin,” kata Poonpong Naiyanapakorn, Kepala Kantor Kebijakan dan Strategi Perdagangan, dalam konferensi pers.
Ia menambahkan, importir mempercepat pembelian lebih awal untuk menghindari dampak tarif AS.
Baca Juga: Dinasti Shinawatra Hadapi Tiga Ujian Hukum, Politik Thailand di Ujung Tanduk
Rinciannya, ekspor ke Amerika Serikat, pasar terbesar Thailand melonjak 31,4% YoY pada Juli, sementara pengiriman ke China naik 23,1%.
Amerika Serikat memberlakukan tarif 19% atas barang impor asal Thailand, lebih rendah dari rencana awal 36% dan sejalan dengan negara-negara lain di kawasan.
Namun, masih ada ketidakpastian terkait potensi tarif tambahan untuk barang transshipment melalui Thailand dari negara ketiga.
Tahun lalu, AS menyumbang 18,3% ekspor Thailand, dengan nilai total US$55 miliar.
Baca Juga: Turis di Thailand Bisa Belanja Pakai Kripto
Di sisi lain, impor Thailand naik 5,1% YoY pada Juli, sedikit di atas perkiraan 4,9%.
Hal itu membuat neraca perdagangan mencatat surplus US$0,32 miliar, berlawanan dengan ekspektasi defisit US$0,5 miliar.