kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.895.000   -28.000   -1,46%
  • USD/IDR 16.335   17,00   0,10%
  • IDX 7.196   -2,70   -0,04%
  • KOMPAS100 1.049   -2,60   -0,25%
  • LQ45 816   -1,70   -0,21%
  • ISSI 227   0,64   0,28%
  • IDX30 427   -1,66   -0,39%
  • IDXHIDIV20 507   -1,58   -0,31%
  • IDX80 118   -0,36   -0,31%
  • IDXV30 120   -0,25   -0,20%
  • IDXQ30 139   -0,70   -0,50%

Jelang Penerapan Tarif, Ekspor Thailand Naik 10,2% di April 2025


Senin, 26 Mei 2025 / 14:55 WIB
Jelang Penerapan Tarif, Ekspor Thailand Naik 10,2% di April 2025
ILUSTRASI. PT House And Vox Indonesia, perusahaan ekspor-impor rempah telah mengekspor 25 ton House Kari ala Jepang ke Australia, Malaysia, dan Thailand.


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - BANGKOK. Ekspor Thailand tumbuh lebih tinggi dari perkiraan pada April 2025, namun lebih lambat dibandingkan bulan sebelumnya. Kementerian Perdagangan Thailand mengingatkan ada risiko tarif Amerika Serikat yang mungkin berlaku di paruh kedua tahun ini.

Pada April, ekspor Thailand naik 10,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Angka ini lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sebesar 9,1%, namun masih lebih rendah dibandingkan kenaikan ekspor pada Maret mencapai 17,8%.

Poonpong Naiyanapakorn, Kepala Kantor Kebijakan dan Strategi Perdagangan Thailand dikutip Reuters mengatakan ekspor yang menjadi salah satu penggerak utama ekonomi Thailand diperkirakan masih terus tumbuh di kuartal ini.

Baca Juga: Mengintip Kekayaan Raja Thailand, Raja Rama X, Raja Terkaya di Dunia

Pada bulan April, ekspor ke Amerika Serikat yang merupakan pasar terbesar Thailand, naik tajam sebesar 23,8% dibanding tahun lalu. Sementara itu, ekspor ke China naik 3,2%.

Produk ekspor yang mencatat kenaikan tertinggi adalah komputer dan suku cadangnya melonjak 75% dari tahun lalu. Namun, ekspor produk pertanian justru turun 19,6%, dengan volume ekspor beras turun tajam hingga 37,3%.

Meski begitu, ada kekhawatiran ekspor Thailand bisa terkena dampak tarif baru dari Amerika Serikat setelah masa penangguhan alias moratorium tarif berakhir pada Juli. Jika tidak ada kesepakatan pengurangan tarif, Thailand bisa dikenai tarif hingga 36%. Saat ini, tarif dasar yang diberlakukan AS untuk sebagian besar negara adalah 10%.

Menteri Perdagangan Thailand, Pichai Naripthaphan dikutip Reuters mengatakan pembicaraan dengan pihak perdagangan AS sejauh ini berjalan positif. Ia tetap optimis bahwa ekspor akan tetap menjadi pahlawan bagi ekonomi Thailand tahun ini.

"Fundamental ekspor kita lebih kuat sekarang, dengan pasar yang lebih merata. Jadi, kita tidak perlu terlalu pesimis," ujarnya.

Baca Juga: Covid-19 Mewabah di Singapura, Thailand, Hong Kong, Kemenkes Tingkatkan Pengawasan

Secara keseluruhan, dalam periode Januari hingga April 2025, ekspor Thailand naik 14% dibanding tahun lalu. Sementara itu, impor pada bulan April naik 16,1%, lebih tinggi dari perkiraan 8,5%.

Namun, Thailand mencatat defisit perdagangan sebesar US$ 3,3 miliar di bulan April, jauh di atas perkiraan defisit sebesar US$ 800 juta.

Pichai menambahkan, skenario terburuk sekalipun, ekspor Thailand masih bisa tumbuh lebih dari 4% tahun ini melebihi target resmi pemerintah yang hanya 2% hingga 3%. Dia menyebut ekspor akan didukung oleh peningkatan pengiriman ke negara-negara selain Amerika Serikat.

Selanjutnya: Nvidia Akan Luncurkan Chip AI Baru untuk Pasar China dengan Harga Lebih Murah

Menarik Dibaca: Allianz Syariah & OCBC Luncurkan Solusi Perlindungan untuk Rencana Keuangan




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×