Sumber: Reuters | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - WASHINGTON. Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali melontarkan ancaman tarif tinggi terhadap India, menyusul pembelian minyak Rusia oleh negara tersebut.
Pemerintah India menyebut tuduhan Trump sebagai hal yang "tidak adil" dan menegaskan akan melindungi kepentingan ekonominya.
Baca Juga: Ant Group China Akan Lepas Seluruh Kepemilikan di Paytm India
Dalam pernyataan di media sosial, Trump menulis, “India tidak hanya membeli minyak Rusia dalam jumlah besar, tetapi juga menjual kembali sebagian besar minyak tersebut ke pasar terbuka untuk keuntungan besar. Mereka tidak peduli berapa banyak warga Ukraina yang terbunuh akibat mesin perang Rusia."
"Karena itu, saya akan secara substansial menaikkan tarif yang dibayar India kepada AS," lanjutnya, Senin (4/8/2025).
Menanggapi hal itu, juru bicara Kementerian Luar Negeri India mengatakan bahwa pihaknya akan “mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasional dan keamanan ekonominya,” dan menyebut ancaman Trump “tidak berdasar dan tidak masuk akal.”
Trump sebelumnya telah mengumumkan tarif 25% atas produk impor dari India pada Juli lalu, dengan alasan beragam persoalan geopolitik yang menghambat tercapainya kesepakatan dagang bilateral.
Ia juga mengancam akan menjatuhkan sanksi tambahan terhadap Rusia serta negara-negara yang masih membeli energi dari Moskow, kecuali Presiden Vladimir Putin menunjukkan tanda-tanda menghentikan perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun di Ukraina.
Hingga kini, tidak ada indikasi perubahan sikap dari pihak Kremlin.
Baca Juga: Beli Minyak dari Rusia, Trump Ancam Naikkan Tarif Impor India
India Tetap Beli Minyak Rusia
Meski mendapat tekanan dari Barat sejak invasi Rusia ke Ukraina pada awal 2022, India terus mempertahankan kerja sama energi dengan Moskow.
Dua sumber pemerintah India menyatakan kepada Reuters bahwa pembelian minyak dari Rusia akan tetap dilakukan, dengan alasan kebutuhan ekonomi dan harga yang kompetitif.
India tercatat sebagai pembeli terbesar minyak mentah Rusia via jalur laut, dengan rata-rata impor mencapai 1,75 juta barel per hari sepanjang Januari–Juni 2025. Volume ini naik 1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut pemerintah India, keputusan untuk mengimpor minyak dari Rusia dilatarbelakangi oleh pengalihan pasokan global ke Eropa akibat konflik di Ukraina.
“Ini adalah kebutuhan yang didorong oleh situasi pasar global,” ujar juru bicara Kemenlu India.
Baca Juga: VinFast Buka Pabrik Pertama di India, Jajaki Peningkatan Sourcing Lokal
Ia juga menyoroti sikap hipokrit negara-negara Barat, khususnya Uni Eropa, yang disebut masih menjalin perdagangan bilateral dengan Rusia.
"Sangat ironis bahwa negara-negara yang mengkritik India justru tetap berdagang dengan Rusia," katanya.
Namun, sumber pasar mengungkapkan bahwa sejumlah kilang minyak utama India menghentikan pembelian minyak Rusia pekan lalu. Pasalnya, ancaman tarif dari Trump membuat selisih harga dengan pemasok lain menyempit.
Kendati demikian, pejabat India membantah adanya perubahan kebijakan secara resmi.
Sumber Reuters menyebut Indian Oil Corp, perusahaan kilang terbesar di India, telah mengalihkan pembelian ke AS, Kanada, dan Timur Tengah, dengan total pembelian mencapai 7 juta barel.
Baca Juga: Begini Tanggapan India atas Ancaman Sanksi AS Terkait Minyak Rusia
Hubungan Memanas
Hubungan India-AS kian tegang sejak Trump mengklaim sebagai pihak yang berjasa dalam perjanjian gencatan senjata India-Pakistan pada Mei lalu, tanpa konsultasi dengan pemerintah India.
Ketidakpastian kebijakan luar negeri AS di bawah pemerintahan Trump menjadi tantangan tersendiri bagi India.
Richard Rossow, Direktur Program India di Center for Strategic and International Studies (CSIS) di Washington, menyebut ketergantungan India pada Rusia untuk energi dan pertahanan menjadi titik sensitif.
"India merasa kesulitan memprediksi arah kebijakan pemerintahan Trump terhadap Rusia dari bulan ke bulan," ujar Rossow.