Sumber: Reuters | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - BEIJING. Pasar minyak mengabaikan ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang berencana mengenakan tarif terhadap pembeli minyak Rusia.
Para trader menilai ancaman tersebut tidak memiliki dampak signifikan karena seringnya pernyataan serupa dari Gedung Putih.
Trump sebelumnya mengusulkan tarif 25% hingga 50% bagi negara yang membeli minyak Rusia. Namun, analis dan pedagang meragukan keseriusan ancaman tersebut.
Baca Juga: Harga Minyak Global Naik Kamis (21/11), WTI ke US$69,39 per Barel
Kepala Strategi Komoditas ING, Warren Patterson, menyatakan bahwa pasar cenderung menunggu kepastian sebelum bereaksi terhadap pernyataan semacam itu.
Pada perdagangan Senin (31/3/2025), harga minyak mentah Brent kontrak Juni turun 0,3% menjadi US$ 72,55 per barel pada pukul 07.10 waktu setempat. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 0,4% menjadi US$ 69,09 per barel.
China dan India, sebagai pembeli utama minyak Rusia, menjadi faktor kunci dalam efektivitas sanksi sekunder terhadap ekspor minyak negara tersebut.
India, sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 2022, telah melampaui China sebagai importir terbesar minyak mentah Rusia melalui jalur laut. Pada 2024, minyak Rusia mencakup sekitar 35% dari total impor minyak mentah India.
Baca Juga: Hakim AS Hentikan Sementara Pembekuan Hibah dan Pinjaman Trump
Menteri Perminyakan India pada Februari lalu menegaskan bahwa negaranya hanya akan membeli minyak Rusia dari perusahaan dan kapal yang tidak dikenai sanksi AS.
Hal ini membatasi jumlah kargo dan kapal yang tersedia bagi India. Sementara itu, perusahaan minyak negara China, seperti Sinopec dan Zhenhua Oil, telah menghentikan atau mengurangi impor minyak Rusia akibat sanksi AS.
Meskipun demikian, beberapa trader minyak di China menyatakan bahwa ancaman Trump tidak memengaruhi keputusan mereka. Mereka menilai pernyataan tersebut sebagai retorika politik tanpa dampak nyata terhadap pasar.
Kementerian Luar Negeri China menegaskan bahwa kerja sama negaranya dengan Rusia tidak dipengaruhi oleh pihak ketiga.
Jika ancaman tarif benar-benar diterapkan, pasar akan menunggu kejelasan mengenai implementasi kebijakan tersebut serta potensi peningkatan produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk mengimbangi penurunan ekspor Rusia.
Baca Juga: Harga Minyak Melonjak Usai Trump Ancam Kenakan Tarif kepada Pembeli Minyak Venezuela
Analis juga menyoroti sanksi sekunder terhadap minyak Venezuela sebagai model dalam menilai dampak kebijakan serupa terhadap Rusia.
Sebelumnya, pembeli minyak China menghentikan pembelian sebelum sanksi terhadap Venezuela berlaku, meskipun diperkirakan transaksi akan kembali berlanjut jika solusi alternatif ditemukan kecuali ada larangan resmi dari Beijing.