kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.095.000   7.000   0,34%
  • USD/IDR 16.417   -75,00   -0,45%
  • IDX 7.854   106,16   1,37%
  • KOMPAS100 1.101   16,96   1,56%
  • LQ45 805   9,90   1,25%
  • ISSI 268   3,89   1,47%
  • IDX30 417   5,18   1,26%
  • IDXHIDIV20 484   5,68   1,19%
  • IDX80 122   1,41   1,17%
  • IDXV30 133   1,64   1,25%
  • IDXQ30 135   1,48   1,11%

Putin Siap Kompromi? Rusia Ajukan Proposal Damai Baru untuk Akhiri Perang Ukraina


Kamis, 21 Agustus 2025 / 22:33 WIB
Putin Siap Kompromi? Rusia Ajukan Proposal Damai Baru untuk Akhiri Perang Ukraina
ILUSTRASI. Pertemuan puncak antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Alaska pada Jumat lalu membuka babak baru


Sumber: Reuters | Editor: Handoyo

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pertemuan puncak antara Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump di Alaska pada Jumat lalu membuka babak baru dalam upaya mencari jalan damai bagi perang Rusia–Ukraina yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

Pertemuan tertutup selama tiga jam itu didominasi oleh pembahasan terkait kemungkinan kompromi damai, menurut tiga sumber dekat Kremlin yang dikutip Reuters.

Tuntutan Baru Rusia: Donbas dan Netralitas Ukraina

Menurut sumber-sumber tersebut, Putin mengajukan syarat utama agar Ukraina sepenuhnya menarik pasukan dari wilayah Donbas yang masih dikontrol Kyiv. Sebagai gantinya, Rusia bersedia menghentikan garis depan saat ini di wilayah Zaporizhzhia dan Kherson, tanpa melanjutkan serangan lebih jauh ke Ukraina selatan.

Rusia kini menguasai sekitar 88% Donbas dan 73% Zaporizhzhia serta Kherson, berdasarkan estimasi AS dan data sumber terbuka. Sebagai bagian dari kompromi, Moskow juga siap mengembalikan sebagian kecil wilayah Kharkiv, Sumy, dan Dnipropetrovsk yang dikuasainya.

Baca Juga: Kim Jong Un Puji Pasukan Korea Utara Heroik Bertempur Membantu Rusia

Selain itu, Putin tetap menegaskan syarat lamanya:

  • Ukraina harus meninggalkan ambisi bergabung dengan NATO.

  • NATO memberikan jaminan hukum untuk tidak memperluas ke arah timur.

  • Ukraina dilarang menerima kehadiran pasukan Barat di wilayahnya, termasuk dalam bentuk pasukan penjaga perdamaian.

Reaksi Ukraina: Menolak "Menyerahkan" Donbas

Pemerintah Ukraina menolak berkomentar langsung atas laporan ini. Namun, Presiden Volodymyr Zelenskiy sebelumnya menegaskan bahwa Donbas merupakan benteng pertahanan utama yang mencegah Rusia menembus lebih dalam ke wilayah Ukraina.

“Jika kita berbicara tentang sekadar mundur dari timur, itu mustahil. Ini menyangkut kelangsungan hidup negara kami,” kata Zelenskiy.

Ia juga menegaskan bahwa keinginan bergabung dengan NATO adalah tujuan strategis yang tertulis dalam konstitusi Ukraina, dan tidak bisa ditentukan oleh Rusia.

Baca Juga: Rusia Ingin Gelar Pertemuan Trilateral dengan China dan India, Ada Apa?

Trump Dorong Peran "Presiden Pendamai"

Trump menyebut pertemuannya dengan Putin sebagai peluang terbaik sejak invasi penuh Rusia pada Februari 2022. Ia mengatakan siap memfasilitasi pertemuan langsung antara Putin dan Zelenskiy, bahkan merencanakan KTT trilateral Rusia–Ukraina–AS.

“Saya percaya Vladimir Putin ingin mengakhirinya. Saya yakin kita akan menemukan jalan keluar,” ujar Trump di Gedung Putih saat bertemu Zelenskiy.

Skeptisisme Barat dan Pertanyaan Legitimasi

Meski demikian, para pemimpin Eropa—termasuk Inggris, Prancis, dan Jerman—menyatakan skeptis bahwa Putin benar-benar berniat mengakhiri perang.

Sementara itu, Kremlin berulang kali meragukan legitimasi Zelenskiy, karena masa jabatannya seharusnya berakhir Mei 2024. Namun, Kyiv menegaskan Zelenskiy tetap sah menjabat karena kondisi perang membuat pemilu tidak mungkin digelar.

Baca Juga: China Sambar Kesempatan Beli Emas Hitam Rusia, Permintaan dari India Turun

Opsi Keamanan: Dari Istanbul ke PBB

Sumber-sumber Rusia juga mengungkapkan bahwa berbagai opsi mekanisme perdamaian tengah dipertimbangkan, antara lain:

  • Kesepakatan tiga pihak Rusia–Ukraina–AS yang mendapat pengakuan Dewan Keamanan PBB.

  • Menghidupkan kembali perundingan Istanbul 2022, di mana Ukraina ditawari status netral permanen dengan imbalan jaminan keamanan dari lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB.

“Pilihannya hanya dua: perang atau damai. Jika tidak ada damai, maka perang akan berlanjut,” kata salah satu sumber Kremlin.

Selanjutnya: Nanovest Luncurkan Gadai Digital, Pinjaman Rupiah Berbasis Kripto

Menarik Dibaca: Gandeng Seventeen, Airbnb Tawarkan Pengalaman di Seoul, LA, dan Tokyo




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×