kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.164.000   41.000   1,93%
  • USD/IDR 16.695   76,00   0,46%
  • IDX 8.125   85,16   1,06%
  • KOMPAS100 1.130   12,55   1,12%
  • LQ45 811   6,69   0,83%
  • ISSI 282   3,69   1,32%
  • IDX30 425   2,99   0,71%
  • IDXHIDIV20 489   5,53   1,14%
  • IDX80 124   1,36   1,11%
  • IDXV30 133   1,56   1,18%
  • IDXQ30 135   1,11   0,83%

CEO JPMorgan: The Fed Sulit Pangkas Suku Bunga Jika Inflasi AS Tak Turun!


Selasa, 23 September 2025 / 16:43 WIB
CEO JPMorgan: The Fed Sulit Pangkas Suku Bunga Jika Inflasi AS Tak Turun!
ILUSTRASI. FILE PHOTO: Jamie Dimon, CEO of JPMorgan Chase, takes part in a panel discussion about investing in Detroit at the Kennedy School of Government at Harvard University in Cambridge, Massachusetts, U.S., April 11, 2018. REUTERS/Brian Snyder/File Photo


Sumber: Cointelegraph | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon menilai, The Fed akan kesulitan memangkas suku bunga lebih lanjut jika inflasi tidak turun signifikan.

Ia juga menegaskan tidak melihat stablecoin sebagai ancaman serius bagi sektor perbankan.

“Kalau inflasi tidak benar-benar hilang, akan sulit bagi The Fed untuk memangkas suku bunga lebih banyak,” ujar Dimon dalam wawancara dengan CNBC-TV18, Senin (22/9/2023) dilansir dari laman Cointelegraph.

Baca Juga: The Fed Picu Pelemahan Won Korea pada Selasa (23/9), Apa Dampaknya?

Menurutnya, inflasi AS masih tertahan di kisaran 3% dengan risiko kembali naik.

“Saya tetap berharap ada pertumbuhan ekonomi yang cukup baik, sehingga pemangkasan suku bunga terjadi karena pertumbuhan, bukan karena resesi,” tambah Dimon.

Pernyataan Dimon sedikit meredam ekspektasi pasar yang memperkirakan The Fed bisa memangkas suku bunga hingga lima kali dalam 12 bulan ke depan.

Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pekan lalu pertama kalinya di 2025 yang memicu reli Bitcoin dari US$113.075 ke atas US$117.500.

Data CME FedWatch menunjukkan pasar masih mengantisipasi dua kali lagi pemangkasan masing-masing 25 bps pada Oktober dan Desember.

Proyeksi internal The Fed pun masih beragam, dengan kemungkinan dua pemangkasan tambahan hingga akhir 2025 dan satu lagi di 2026.

Sementara itu, data inflasi AS per Agustus menunjukkan kenaikan 0,4% secara bulanan atau 2,9% yoy, masih di atas target The Fed sebesar 2%.

Baca Juga: Dolar AS Melemah Selasa (23/9) Pagi, Pasar Tunggu Isyarat The Fed dan Data Inflasi

Soal Stablecoin

Dimon juga menyinggung stablecoin, yang belakangan menjadi sorotan setelah Kongres AS mengesahkan regulasi terkait aset digital tersebut pada Juli lalu.

“Saya tidak terlalu khawatir soal stablecoin, tapi perbankan harus tetap memahami dan mengawasi perkembangannya,” kata Dimon.

Menurutnya, stablecoin bisa menarik minat pihak tertentu untuk menyimpan dolar di luar sistem perbankan, baik “dari pihak baik maupun buruk, termasuk negara-negara yang merasa lebih aman memegang dolar dalam bentuk stablecoin.”

Dimon mengungkapkan JPMorgan sudah terlibat dalam pengembangan stablecoin, dan tidak menutup kemungkinan adanya konsorsium perbankan untuk meluncurkan token bersama.

Baca Juga: Wall Street Melemah, Investor Waspadai Kebijakan Visa Trump dan Suku Bunga The Fed

Meski demikian, kelompok industri perbankan masih mendorong Kongres untuk memperketat regulasi, terutama terkait potensi pemberian bunga atau imbal hasil oleh penerbit stablecoin yang bisa menggerus fungsi rekening bank tradisional.

Selanjutnya: Pertagas Sepakati Jual Beli Gas dengan Afiliasi PT Energi Mega Persada (ENRG)

Menarik Dibaca: Suka Minum Sambil Berdiri? Ini 4 Bahayanya bagi Tubuh




TERBARU
Kontan Academy
Business Contract Drafting GenAI Use Cases and Technology Investment | Real-World Applications in Healthcare, FMCG, Retail, and Finance

[X]
×