Reporter: Mona Tobing | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
SINGAPURA. Pasar properti di Singapura memasuki masa terburuk. Harga rumah di Negeri Merlion tersebut beranjak menurun dan memasuki harga terendah sejak tiga tahun terakhir. Efek penurunan harga properti membuat laba perusahaan properti susut.
Harga rumah di Singapura turun 3% di tahun 2016 karena pemerintah tetap bersikeras mempertahankan aturan yang ketat. Akibatnya harga properti pada kuartal IV 2016 tergelincir.
Chairman City Development Ltd Kwek Leng Beng pesimistis dengan pasar properti Singapura pada tahun ini. "Saya tidak yakin kondisi telah berakhir," kata Kwek seperti dikutip Bloomberg.
Harga rumah mewah, semisal, menurut Kwek telah jatuh sebesar 35% sejak terakhir kali terjadi tahun 2013. Kondisi ini terjadi lantaran kelebihan pasokan. Padahal pengembang harus membayar bunga namun karena tidak laku akhirnya terpaksa memotong harga properti.
Pemerintah Singapura enggan memberikan kelonggaran pembatasan properti. Misalnya dalam hal pemberian pinjaman bagi debitur hingga sebesar 60%. Pemerintah khawatir pasar properti akan kembali overheating jika diberikan kelonggaran aturan.
Dampak penurunan harga properti membuat pengembang seperti City Development labanya menurun. Pada kuartal IV 2016, laba perusahaan ini susut 41% menjadi S$ 244 juta.
Tahun lalu, City Development telah menjual 1.017 unit properti di Singapura dengan nilai total S$ 1,2 miliar. Penjualan tersebut sebetulnya masih naik dibandingkan tahun sebelumnya sehingga mendongkrak pendapatan. Namun karena susutnya harga rumah, maka laba perusahaan turun.
Menghadapi kondisi ini, Kwek berencana lebih banyak mengakuisisi lokasi yang dinilai memiliki penghasilan lebih tinggi di Singapura atau luar negeri. "Kami ingin menyebar modal agar posisi lebih kuat lewat cara akuisisi berupa aset fisik, ekuitas dan instrumen utang," kata dia
Meski harga properti jatuh, namun Menteri Pembangunan Nasional Singapura Lawrence Wong menyebut permintaan properti di negaranya masih tangguh. Hal ini didukung dengan faktor seperti suku bunga yang rendah dan ekonomi yang stabil. "Volume properti dalam transaksi terus meningkat. Bahkan tidak turun baik di pasar primer maupun sekunder," kata Wong.